Senin 15 Feb 2016 15:44 WIB

Air yang Layak Dikonsumsi di Indonesia Hanya Tiga Persen

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Kebutuhan Air Bersih Jakarta. Pedagang air mengisi jerigen untuk dijual di Jakarta, Selasa (28/7).     (Republika/WIhdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Kebutuhan Air Bersih Jakarta. Pedagang air mengisi jerigen untuk dijual di Jakarta, Selasa (28/7). (Republika/WIhdan)

REPUBLIKA.CO.ID, Tahukan Anda bahwa air yang layak dikonsumsi di dunia ini terbatas? Di Indonesia saja, yang layak dikonsumsi menurut ahli hidrogeologi dari Univeristas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Sari Bahagiarti Kusumayudha, jumlahnya hanya tiga persen saja dari total volumen air yang ada di bumi.

Karena itulah, selain harus memilih air yang sehat dan layak dikonsumsi, kita juga harus melestarikan air. Dia mengungkapkan keberadaan air di bumi, sebanyak 97,2 persen adalah lautan, es di kutub 2,1 persen, air tanah 0,61 persen, air pemukaan 0,009 persen, pelembab tanah 0,005 persen dan air di atmosfer 0,001 persen. Menurutnya jumlah air tidak banyak di muka bumi yang layak dikonsumsi. "Volume air yang ada didunia ini sebenarnya yang dapat dikonsumsi hanya tiga persen saja dari seluruh volume air yang ada dimuka bumi," kata Sari usai dikusi mengenai Memilih Air yang Baik dan peran Serta Kita dalam Menjaga Kelestarian Air, di Jakarta, belum lama ini. 

“Karena yang lain berupa air asin yang ada di lautan, dari yang tiga persen pun hanya sekitar 0,7 persen air tanah yang mudah kita ambil atau akses khususnya di Indonesia, yang secara umum kita gunakan,” ungkapnya.

Sari mengatakan sangat penting untuk menjaga dan melestarikan air. Selain kualitas dan kuantitasnya, sumber air juga harus berkelanjutan. Air yang kita konsumsi, dia mengatakam, mengikuti daur yang disebut hidrologi. Yakni berasal dari air hujan, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian ada yang meresap ke dalam tanah, yang akhirnya menjadi air tanah yang kita jadikan sebagai sumber air minum. Sebagian lagi jadi air permukaan. 

Sementara sebagian ada yang mengalir di permukaan sebagai air permukaan. Air yang berada di dalam permukaan suatu saat akan menguap dan kembali ke permukaan sesuai dengan siklus hidrologi. “Water balance kalau terganggu jadi malapetaka, jumlah air yang masuk atau meresap harus seimbang dengan sumber air yang diambil dari bumi,”  ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement