REPUBLIKA.CO.ID, Kebanyakan tidur ternyata tidak hanya menyebabkan pegal-pegal, tetapi juga membuat seseorang lebih berisiko terserang stroke. Temuan itu dipaparkan oleh para peneliti dari NYU Langone Medical Center pada konferensi stroke internasional di AS baru-baru ini.
Mereka menemukan bahwa seseorang yang tidur lebih dari delapan jam setiap malam memiliki kemungkinan 146 persen lebih tingi terserang stroke. Sementara, orang yang tidur kurang dari delapan jam semalam memiliki risiko stroke 25 persen lebih rendah.
Menggunakan analisis komputer, tim meneliti data kesehatan dan gaya hidup lebih dari 280.000 orang dewasa. Setengah dari jumlah tersebut berusia lebih dari 45 tahun.
"Tidur memang merupakan "pilar ketiga" kesehatan, selain diet seimbang dan olahraga teratur. Akan tetapi, tidur juga bisa menjadi musuh jika berlebihan," ujar peneliti utama studi, Azizi Seixas, seperti dikutip dari Tech Times.
Ia juga menyebutkan, risiko stroke bisa dikurangi dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Dalam sepekan, disarankan berolahraga 3-6 kali selama masing-masing 30 menit hingga satu jam.
Hal tersebut dianggap perlu disoroti masyarakat, mengingat posisi stroke sebagai pembunuh utama kelima di Amerika Serikat. Data dari American Heart Association menunjukkan, sekitar 795.000 penduduk AS terserang stroke setiap tahun dengan tingkat kematian mencapai 129.000 jiwa per tahun.
(baca: Golongan Darah Pengaruhi Risiko Penyakit Jantung)