Rabu 24 Feb 2016 06:07 WIB

Polusi Udara Bisa Sebabkan Obesitas, Ini Penjelasannya

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Warga Cina mengenakan masker untuk menghindari polusi udara di Beijing.
Foto: EPA
Warga Cina mengenakan masker untuk menghindari polusi udara di Beijing.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duke's University, Amerika Serikat, menemukan bahwa bernapas di udara berpolusi selama beberapa minggu dapat menyebabkan disfungsi pernafasan kardio. Selain itu, polusi udara juga diketahui berpengaruh buruk bagi metabolisme tubuh, sehingga risiko obesitas dapat meningkat.

Penelitian ini dilakukan dengan dana yang diberikan beberapa badan pemerintahan Cina. Dalam penelitian tersebut, peneliti membagi sekelompok tikus yang sedang mengandung ke dalam dua bilik berbeda. Bilik pertama berisi udara di Beijing yang sudah sangat berpolusi, sedangkan bilik kedua berisi udara Beijing yang telah disaring, sehingga sebagian besar partikel polusi hilang.

Setelah 19 hari terpapar udara yang berbeda, kedua kelompok tikus yang mengandung jni menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada tikus mengandung yang terpapar polusi udara Beijing, terjadi peningkatan peradangan di bagian paru-paru dan jantung mereka. Selain itu, kelompok tikus yang terpapar polusi udara ini juga mengalamj peningkatan kadar kolesterol buruk LDL hingga 50 persen dan peningkatan kadar lemak dalam darah bernama triglycerides hingga 46 persen. Sehingga, total peningkatan total kolesterol pada kelompok tikus ini berada di kisaran 97 persen.

Perubahan lain yang terlihat pada kelompok tikus yang terpapar polusi ialah meningkatnya kadar penolakan terhadap insulin. Penolakan terhadap insulin ini dapat berisiko meningkatkan kemungkinan timbulnya diabetes tipe 2. Perubahan yang kurang baik pada tikus ini ternyata juga ditemukan pada anak-anak tikus yang mereka lahirkan dan bessrkan di bilik berpolusi udara.

Dalam jangka panjang, peneliti mengatakan paparan polusi udara dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi yang berkelanjutan serta disfungsi metabolisme tubuh yang berujung pada penambahan berat badan. Perubahan-perubahan ini makin terlihat ketika tikus berada dalam paparan polusi udara selama delapan minggu. Dari siu, peneliti mengambil kesimpulan polusi udara dapat menyebabkan penurunan sistem metabolisme tubuh yang dapat berujung pada obesitas serta inflamasi kronis.

"Mengingat bahwa inflamasi kronis dikenal sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada obesitas dan gangguan metabolik seperti diabetes serta obesitas saljng berhubungan, penelitian kami dapat menjadi bukti yang jelas bahwa paparan polusi udara yang parah dapat meningkatkan risiko berkembangnya obesitas," jelas profesor kesehatan global dan lingkungan Duke's University, dikutip dari Malay Mail Online.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement