Rabu 24 Feb 2016 09:42 WIB

Waspadai Virus Epstein-Barr, Si Penyebab Polip Hidung

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Indira Rezkisari
Virus/ilustrasi
Foto: pixabay
Virus/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Virus Epstein-Barr mampu meningkatkan risiko munculnya polip hidung pada penderita rinosinusitis kronis. Sementara ini, rinosinusitis kronis yang disertai polip hidung merupakan salah satu masalah kesehatan di bidang ilmu kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok (THT) yang prevalensinya terus meningkat.

Pada tahun 2004 sampai 2007 4,2 sampai 5,6 persen pasien di bagian THT RSUP Dr. Sardjito merupakan penderita rinosinusitis kronis. Jumlah ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Meskipun prevalensi dan morbiditas rinosinusitis kronis disertai dengan polip terbilang tinggi, hingga saat ini informasi mengenai mekanisme yang mendasari patogenesisnya masih sangat sedikit.

“Adapun salah satu jenis mikroorganisme yang kerap menginfeksi mukosa hidung dan sinus paranasal serta bersifat menetap adalah virus Epstein-Barr," tutur peneliti kesehatan UGM, Luh Putu Lusy Indrawati, Rabu (24/2). Karena itu, ia menyampaikan, virus tersebut bisa jadi salah satu penyebab terbesar timbul dan kambuhnya polip hidung pada penderita rinosinusitis kronis.

Dalam disertasinya, Luh menganalisis peran virus Epstein-Barr terhadap timbulnya polip hidung pada penderita rinosinusitis kronis. Termasuk menganalisis ekspresi dari berbagai protein pada polip hidung. Penelitian yang ia lakukan melibatkan 50 orang subjek. Sebanyak 25 orang penderita rinosinusitis kronis dengan polip hidung sebagai kelompok kasus, serta 25 orang penderita rinosinusitis kronis tanpa disertai polip hidung sebagai kelompok kontrol.

Secara garis besar, ada tiga faktor penting yang melatarbelakangi terjadinya polip. Antara lain adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus, gangguan keseimbangan vasomotor, serta peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema mukosa hidung.

Sementara itu, virus Epstein-Barr sendiri merupakan salah satu virus herpes yang dapat ditemukan dimana-mana. Adapun penyebarannya antar manusia terjadi oleh saliva. Diperkirakan sekitar 90 perseb populasi manusia terinfeksi oleh virus tersebut. Di mana infeksi berawal dari orofaring dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Salah satu produk virus Epstein-Barr adalah Epstein-Barr Nuclear Antigen-1 (EBNA-1) yang selalu diekspresikan di setiap tipe infeksi latennya. “Dalam penelitian ini ekspresi EBNA-1 dapat dikatakan sebagai penanda adanya infeksi laten virus Epstein-Barr pada mukosa hidung," papar Luh. Khususnya pada penderita rinosinusitis kronis dan dapat dikatakan sebagai faktor risiko terjadinya polip hidung.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan ekspresi protein EBNA-1 pada penderita rinosinusitis kronis yang disertai polip dan yang non-polip dengan nilai p = 0.004, OR = 6,00 (1,7-21,3). Dengan demikian, dapat disimpulkan, adanya riwayat infeksi virus Epstein-Barr dapat meningkatkan risiko timbulnya polip hidung pada penderita rinosinusitis kronis sebesar enam kali lebih kuat dari pada yang tidak terinfeksi.

“Deteksi dini virus Epstein-Barr pada rinosinusitis kronis diharapkan dapat digunakan sebagai proses skrining rutin," kata Luh. Terutama pada semua penderita rinosinusitis kronis untuk memprediksi timbulnya polip hidung, sebagai salah satu kemajuan terapi, dan menentukan prognosis kesembuhan pasien.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement