REPUBLIKA.CO.ID Kasus Jacqueline Fox, wanita 35 tahun yang meninggal akibat kanker yang disebut penyebabnya karena pemakaian jangka panjang bedak Johnson & Johnson memicu kekhawatiran akan penggunaan bedak yang dapat memicu kanker. Produk Baby Powder Johnson & Johnson dan Shower to Shower diketahui dibuat dari bebatuan mineral yang mengandung magnesiun, silikon, dan oksigen, dan juga terkontaminasi asbes.
Namun, dilansir Reuters, produk Johnson & Johnson yang dijual sejak 1970 tidak lagi mengandung asbes. Para ahli kesehatan berusaha meredakan kekhawatiran masyarakat.
Juru bicara Johnson & Johnson, Carol Goodrich, dilansir Independent menyatakan bersimpati pada keluarga penggugat. "Tapi kami yakin keamanan produk telah terbukti secara ilmiah," ujar Goodrich.
Profesor Epidemiolog Kanker dari Universitas Cambridge, Paul Pharoah, mengatakan keputusan pengadilan Missouri yang memutuskan perusahaan Johnson & Johnson harus membayar 75 juta dolar AS atau Rp 900 miliar atas kematian Fox dinilai cacat hukum. Dia menekankan kanker ovarium adalah penyakit yang penyebabnya bisa bervariasi.
Penyebab utama berasal dari terapi penggantian hormon, kelebihan berat badan dan endometriosis. Merokok juga dapat menyebabkan kanker ovarium mucinous.
Ia menjelaskan, tidak ada hubungan nyata penggunaan bedak di organ intim dengan kanker ovarium. Bahkan kanker dinilai tidak akan timbul hanya karena seseorang menggunakan bedak.
Pharoah mengatakan, dalam studi kontrol terbaru dari 8.000 kasus menemukan penggunaan bedak perineum dapat meningkatkan 20 persen risiko semua jenis kanker ovarium. Namun, ia menyatakan, studi tersebut bisa menjadi bias mengingat wanita-wanita tersebut juga banyak menggunakan produk kecantikan lainnya.
"Hubungan biologis yang masuk akal adalah bedak dipakai di area genital dan masuk ke dalam saluran tuba dan ke ovarium sehingga menyebabkan peradangan. Lalu bisa menyebabkan ovarium," jelas dia.
(Baca Juga: Benarkah Bedak Tabur Bisa Sebabkan Kanker Ovarium?)
Namun tidak hanya karena bedak. Perlu diingat wanita berusia 20an memiliki risiko besar terkena kanker dengan perbandingan 18 dalam seribu orang. Selain itu, wanita yang memiliki masalah dengan gen BRCA1 juga memiliki resiko seumur hidup mengidap kanker ovarium.