REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan dari University of California di Los Angeles, Amerika Serikat mengklaim telah mengembangkan metode baru untuk mendeteksi kanker lewat setetes air liur (saliva) seseorang. Metode ini masih diuji coba di Cina. Tim peneliti berharap bisa mengujicobakannya di Eropa dalam waktu dekat.
Hasil deteksi kanker dari air liur tersebut bisa diketahui hanya dalam waktu 10 menit. Jika sukses, teknologi baru ini bisa menggantikan tes darah sebagai sarana utama mendeteksi kanker. Sampel darah selama ini masih harus dianalisis sekitar dua pekan di laboratorium.
Uji saliva ini bisa menghemat waktu dan memungkinkan dokter menangani kanker lebih awal. Tes yang disebut biopsi cair ini dikembangkan setelah peneliti menemukan bahwa jejak rekam RNA dari sel-sel kanker dapat ditemukan dalam air liur.
RNA adalah molekul yang memainkan peran kunci dalam transkripsi DNA. Dengan memeriksa RNA di dalam sampel air liur maka terbacalah proses yang terjadi di dalam sel, termasuk yang berhubungan dengan kanker.
"Tes baru ini awalnya mencari fragmen RNA kanker dalam air liur dan sejauh ini hasilnya mendekati sempurna karena sudah diujicobakan pada pasien kanker paru-paru," kata salah seorang peneliti, Professor David Wong saat menyampaikan pemarapannya di hadapan the American Association for the Advancement of Science, dilansir dari IFL Science, Jumat (4/3).
Tes air liur ini diperkirakan hanya memakan biaya 22 dolar AS dan dapat dilakukan di apotek, klinik, atau tempat praktik dokter. Menurut Wong, setelah metodenya disempurnakan, teknik ini bisa digunakan untuk mendeteksi beberapa jenis kanker berbeda yang masih memerlukan penyaringan rumit, seperti kanker pankreas.