Sabtu 19 Mar 2016 13:26 WIB

Ini Upaya Kemenkes Turunkan Angka Balita Pendek

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
  Pengecekan kesehatan dan pertumbuhan balita. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Pengecekan kesehatan dan pertumbuhan balita. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka balita Indonesia yang masuk kategori pendek masih cukup tinggi, yakni mencapai 29 persen. Melihat kondisi tersebut, beragam upaya dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, Anung Sugihartono, mengatakan secara makro pendekatan yang dilakukan dalam dua intervensi besar sensitif dan spesifik sangat tepat. Anung mengatakan ntervensi spesifik hanya 30 persen kontribusinya. Maka saat ini KJemenkes sudah melaksanakan hampir 100 persen dari intervensi spesifik yang seharusnya dilakukan.

(Baca Juga: 29 Persen Balita Indonesia Pendek)

“Mulai dari pelayanan kesehatan antenatal atau kehamilan, makanan tambahan pada ibu hamil yang kurang energi kronik, mendorong inisiasi menyusui dini (IMD), sampai pada ASI  eksklusif, itu sudah kita lakukan,” ujarnya. 

Dia mengatakan, kini harus pula bisa memaksimalkan pendekatan sensitifnya. Untuk itulah Kemenkes bekerja sama dengan Millenium Chalenge Account Indonesia (MCAI), melakukan pendekatan gabungan antara yang sensitif dan spesifik. Pelaku utamanya bukan hanya Kemenkes, tapi sekaligus pendekatan-pendekatan yang dari lintas sektor lain. 

Misalnya, penyediaan air bersih dilakukan oleh masyarakat pada level tertentu, dan didorong oleh kabupataen kota. Lalu di tingkat nasional sudah menjadi indikator kinerja Kementerian PU dan Kemenpera.

Yang kedua penyediaan jamban. Ini sudah didorong oleh kabupaten kota. "Kita punya asosiasi kabupaten kota yang peduli dengan sanitasi, kita punya kewirausahaan sanitasi yang didorong menjadi milik masyarakat. Inilah yang akan terus kita dorong karena ada faktor lain tentang akses dan mutu pelayanan, penyediaan jalan. Kita kerja sama dengan BKKBN untuk penyediaan alat kontrasepsi lengkap bagi masyarakat agar ada keseimbangan antara produksi dan konsumsi bisa kita jaga,” tambahnya.

Pada bagian lain ada juga program diversifikasi pangan yang terus digalakkan oleh kementerian pangan dan pertanian. Tentu saat ini yang masih perlu dilakukan adalah meningkatkan pemahaman perilaku masyarakat tentang pentingnya perilaku makan, perilaku konsumsi yang benar, dalam konteks memilih, mengolah dan menyajikan makanan.  “Di luar itu dalam pedoman dalam gizi, seimbang, olahraga, pemeriksaan tingi badan dan tekanan darah menjadi sesuatu yang juga sangat penting,” tambahnya. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement