REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk bersinergi mencegah, mengobati, dan melawan diabetes. Menurut Direktur Regional WHO, Poonam Khetrapal Singh, diabetes merupakan penyakit mematikan yang sudah mencapai titik epidemi. Jumlah penderitanya pun kian meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
“Diabetes jarang menjadi headline, padahal (diabetes) akan berada di peringkat tujuh penyakit paling mematikan di tahun 2030, jika tidak segera dikendalikan secara intensif dan terfokus oleh pemerintah, masyarakat dan individu,” kata Poonam Khetrapal Singh, dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Menyambut Hari Kesehatan Sedunia, 7 April mendatang, WHO mengambil tema pengentasan terhadap diabetes. Poonam menegaskan, peningkatan upaya untuk mencegah, mengobati dan mendeteksi penyakit ini penting agar epidemi global berhenti. Terutama yang akan menghantam negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dia mengungkapkan, hampir separuh dari 96 juta orang di Asia Tenggara sebenarnya menyandang diabetes. Namun, mereka tidak tahu bahwa mereka terkena diabetes. Prevalensi diabetes yang terus meningkat memperbesar kerugian pada individu, baik secara sosial maupun ekonomi.
(baca: 7 Kebiasaan Sepele yang Bisa Sebabkan Diabetes)
Diabetes menyasar kelompok masyarakat usia produktif. Hal ini diperparah dengan gaya hidup minim gerak, kebiasaan memakan porsi kaya gula, garam, lemak serta karbohidrat olahan. Seharusnya, tiap orang melakukan latihan fisik rutin, 30 menit, setidaknya lima kali seminggu demi mengendalikan berat badan. Hampir 90 persen penyandang diabetes tipe 2 disebabkan kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik.
Poonam menjelaskan, diabetes dapat diobati bila masih ditemukan dalam fase dini. Jika tidak diobati dengan tepat, diabetes bisa menimbulkan kerusakan pada organ-organ utama tubuh, serangan jantung, stroke, kebutaan dan kerusakan saraf.
“Dari 3,7 juta kematian karena diabetes di seluruh dunia, lebih dari seperempatnya tinggal di Asia Tenggara. Prevalensi diabetes mempersulit pengendalian penyakit-penyakit menular seperti tuberkulosis.”
WHO menyerukan agar pemerintah sigap dalam mendorong regulasi diterakannya kadar gizi pada paket kemasan makanan. Sehingga, konsumen dapat menentukan mana yang tepat dikonsumsi demi menghindari diabetes. Selain itu, kata Poonam, pajak minuman bergula mesti ditingkatkan dan promosi kesehatan digencarkan.
WHO berdiri pada 7 April 1948. Untuk memperingatinya, tiap tahun WHO melakukan kampanye bagi area kesehatan yang perlu mendapat prioritas.
(baca: Ekstrak Sayur Pare Baik untuk Diabetes)