REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dua tahun diperkenalkan di dunia medis, teknologi 7D Z-Lasik masuk ke Indonesia. Metode operasi perbaikan kondisi refraktif mata minus, plus, dan silinder itu berlangsung dalam waktu yang jauh lebih singkat, yakni 1,3 detik per dioptri.
"Itu artinya, kalau pasien minus 5 maka operasinya selesai dalam 6,5 menit," ujar dr Setio Budi Riyanto SpM(K).
Peningkatan kecepatan tersebut terjadi berkat inovasi sistem excimer laser berkecepatan tinggi (1.050 Hz) yang dikolaborasikan dengan mesin zimer crystaline 5.000 Khz. Inilah teknologi lasik teranyar sekaligus tercepat di dunia.
Menggunakan sistem latency-free tracking, penembakan excimer laser dimungkinkan terjadi tanpa jeda waktu untuk mengikuti pergerakan bola mata.
"Teknologinya mampu melacak tujuh dimensi gerakan bola mata sehingga pemfokusan posisi mata lebih akurat saat proses lasik berlangsung," kata Direktur Jakarta Eye Center Menteng, Jakarta Pusat ini.
Dulu, setelah menjalani Lasik, orang masih mengeluhkan penglihatannya terasa agak silau pada malam hari. Ketidaknyamanan tersebut jauh berkurang dengan operasi 7D Z-Lasik. "Di samping itu, 98 persen pasien berhasil mencapai daya penglihatan terbaik tanpa kacamata," ungkap konsultan bedah refraktif dan katarak ini.
Setiap tahunnya, sekitar 3.800 orang menjalani operasi Lasik di Jakarta Eye Center. Trennya semakin meningkat dari tahun ke tahun. "Perubahan status sosial dan ekonomi masyarakat membuat permintaan terhadap Lasik meningkat," kata Setio.