REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air atau cairan. Jika tubuh kekurangan cairan tentu akan menyebabkan dehidrasi.
Menurut Direktur Micronutrient Initiative Dr. Elvina, M.Sc., Sp.GK, Ph.D, dehidrasi dibedakan menjadi tiga tipe yakni hipertonik, isotonik dan hipotonik. Hipertonik berarti air yang hilang lebih banyak daripada kadar elektrolit (Na), sehingga kadar Na tinggi.
Pada isotonik, air dan Na yang hilang jumlahnya sama. Sedangkan hipotonik, Na yang hilang lebih banyak daripada air.
"Secara umum, minuman pun bisa dibagi menjadi air biasa (air mineral), minuman hipotonik, minuman isotonik, dan minuman hipertonik. Minuman hipotonik mengandung Na dan karbohidrat rendah yakni hanya sekitar 2-3 persen," katanya di Jakarta.
Konsentrasi minuman isotonik sama dengan tubuh serta diformulasikan secara khusus dengan kadar ion yang sudah ditentukan. Sementara minuman hipertonik mengandung konsentrasi substansi tinggi. Kandungan karbohidratnya pun relatif tinggi yakni sebesar 10 persen.
Minuman hipotonik berfungsi untuk mengganti cairan yang keluar melalui keringat, tanpa menambah karbohidrat. Bisa dikonsumsi saat berolahraga karena cepat diserap di usus.
"Seperti minuman hipotonik, minuman isotonik juga cepat menggantikan keringat dan cepat diserap tubuh. Bedanya, minuman isotonik juga menggantikan elektrolit dan memberikan asupan karbohidrat. Cocok untuk kebutuhan aktivitas sehari-hari yang padat," tambah dia.
Adapun minuman hipertonik baik sebagai minuman berenergi. Cocok bagi mereka yang berolahraga berat atau mengeluarkan banyak energi. Namun, menurut Elvina minuman jenis ini tidak dapat digunakan untuk rehidrasi.
Hal ini dikarenakan konsentrasi substansinya tinggi (pekat), sehingga pengosongan lambung dan penyerapan air berjalan lambat. Cairan tubuh akan menjadi hipertonik dan pekat, sehingga otomatis malah akan memperberat dehidrasi.
(baca: 3 Minuman yang Khasiatnya Sebaik Air Putih)