REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai seorang Muslim sekaligus seksolog, dr Boyke Dian Nugraha melihat bahwa pentingnya pendidikan seks bagi anak juga terangkum dalam ajaran Islam. Hal tersebut dicontohkan melalui tindakan dan ajaran yang disampaikan Rasulullah SAW.
"Untuk yang Muslim, sebenarnya kalau mau diikuti ajaran Rasulullah (pendidikan seks) dimulai sejak dini," terang dr Boyke dalam peluncuran buku Adik Bayi Datang Dari Mana? A to Z Pendidikan Seks Usia Dini, di Gran Mahakam Hotel.
Salah satu pendidikan seks tersebut ialah pembedaan gender melalui pemberian nama yang maskulin untuk anak laki-laki dan nama yang feminin untuk anak perempuan. Selain itu, dalam ajaran Rasulullah SAW, dr Boyke mengatakan, ada ajaran untuk anak laki-laki yang perlu dilatih sisi maskulinnya melalui olahraga berkuda, memanah, dan berenang.
Di samping itu, ada contoh pendidikan seks lain yang baik dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ajaran tersebut ialah memisahkan kamar anak ketika sang anak sudah menginjak usia 5-6 tahun.
Pemisahan kamar tidur anak dari orang tua dan juga saudaranya sendiri merupakan salah satu upaya baik dalam menghindarkan anak dari risiko inses atau hubungan sedarah. Kurangnya pendidikan seks saat ini membuat dr Boyke menemukan kasus hubungan sedarah yang cukup tinggi di Indonesia.
"Saya sendiri mendapat 2-3 kasus per bulan, tetapi tidak menentu. Itu cukup tinggi," tambah dr. Boyke.
Dr Boyke memandang kasus inses sebagai kasus yang dilematik. Pasalnya, di satu sisi, pelaku merupakan seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan korban. Hal ini membuat keluarga yang mengetahui enggan melaporkan kasus ini. Sedangkan, di sisi lain, trauma yang ditimbulkan dari kasus inses dapat membekas pada anak dalam kurun waktu yang sangat lama.
Oleh karena itu, ajaran Rasulullah SAW untuk memisahkan kamar anak sejak kecil menjadi salah satu pendidikan seks yang baik bagi anak. Selain mengajarkan privasi, memisahkan kamar anak juga melindungi anak tersebut dari risiko inses yang dilakukan orang terdekat, yang mungkin tidak dirasakan sebagai ancaman oleh sang anak.
"Ini gunanya pendidikan seks, agar tidak terjadi seperti itu," terang dr Boyke.