Senin 25 Apr 2016 08:08 WIB

Sembuhkan Endometriosis, Operasi tak Selalu Satu-satunya Solusi

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Nyeri haid
Foto: ist
Nyeri haid

REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit endomeriosis merupakan salah satu kelainan yang menyerang sistem reproduksi wanita. Penyakit ini muncul ketika jaringan dari lapisan dalam dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim (seperti kista).

Ketua Endometriosis Center RSUP Fatmawati dr. M Luky Satria SpOG, K-Fer mengungkapkan bahwa selain terapi hormon, saat ini pengangkatan endometriosis bisa melalui prosedur bedah laparoskopi. Namun, jika keluhannya hanya nyeri saja sang dokter mengungkapkan bahwa penanganannya bisa diberikan obat-obatan.

"Jika terapi hormon tidak membuahkan hasil, maka opsi terakhir yaitu operasi. Tapi bisa langsung operasi kalau endometriosisnya sudah lebih dari 4 cm. Namun harus diperhatikan bahwa dalam pelaksanaan operasi, ada faktor yang mesti dipertimbangankan yaitu usia, jumlah cadangan telur, tingkat nyeri, dan tingkat keparahan," jelasnya.

Pengangkatan endometriosis ini pun harus dilakukan secara higienis, hal ini bertujuan untuk menghindari kekambuhan. Jika operasi tidak optimal, maka bukan tidak mungkin pasien justru akan mengalami kekambuhan.

Melihat kondisi tersebut, saat ini kebanyakan dokter juga sudah menyarankan agar operasi pengangkatan endometriosis dilakukan pada jenis bedah laparoskopi, dengan teknik minimal invasif dan menggunakan teleskop kecil. Jenis bedah ini memiliki keunggulan yang dapat melihat semua bercak endometriosis di organ perut.

"Dengan melihat lebih jelas, maka operasi pengangkatan endometriosis bisa lebih bersih. Kalau ada dokter yang menyarankan bedah laparotomi biasa, sebaiknya ditolak saja. Karena kalau operasi pertama tidak optimal, selain dapat menyebabkan kekambuhan untuk melakukan operasi kedua atau selanjutnya akan lebih sulit," tambahnya.

Terlebih jika sudah terjadi perlengketan atau cedera organ sekitar. Dalam kondisi ini, dokter biasanya terpaksa melakukan pengangkatan rahim dan indung telur pada pasien. Otomatis pasienpun beresiko besar untuk mengalami menopause dini dan bagi yang sudah menikah tidak dapat memiliki keturunan.

Maka, Luky menyarankan ketika pasien sudah melakukan operasi baik laparoskopi maupun pembedahan biasa, sebaiknya rajin mengontrol kondisi rahimnya ke dokter. Ini berguna untuk mencegah kekambuhan dan risiko pascaoperasi lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement