REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Saraf dari Parkinson's and Movement Disorder Center RS Siloam dr Frandy Susatia mengatakan, ibarat gunung es, parkinson penyakit degeneratif yang menyerang sistem saraf. Penderita parkinson jumlahnya begitu banyak.
Penyakit parkinson biasanya timbul pada usia 60 tahun. Namun bisa juga dialami pada usia 40 tahunan.
"Salah satu upaya untuk mencegah terkena parkinson antara lain menghindari dari trauma kepala seperti tak boleh jatuh atau kepala dipukul," katanya, Selasa, (26/4).
Selain itu harus menjaga makanan dengan baik. Banyak makan makanan yang mengandung anti oksidan terutama memakan sayur dan buah yang mengandung vitamin E dan vitamin C.
"Hindari terpapar bahan kimia berbahaya. Olahraga teratur juga harus dilakukan," ujar Frandy.
Kalau parkinson sudah menyerang, terang dia, tanda-tandanya gemetar saat istirahat, gerak sendi kaku saat bergerak, ketidakseimbangan postur tubuh, dan gerak jadi lambat. Sebelum tanda-tanda tersebut terjadi, penderita parkinson tidak dapat mencium dan membaui sesuatu.
Dokter Spesialis Bedah Saraf dari Parkinson's and Movement Disorder Center RS Siloam Made Agus M Inggas mengatakan, penderita parkinson setelah diberi obat jangka panjang maka obat dapat menjadi kurang efektif, bahkan punya efek samping.
Untuk itu, lebih baik diobati dengan operasi stimulasi otak dalam atau deep brain stimulation agar sel dopamin dapat dirangsang untuk memproduksi dopamin dan bekerja optimal sehingga gejala penyakit parkinson dapat diatasi dan dosis obat berkurang.
Deep brain stimulation, terang dia, mampu mengatasi tremor, kaku, dan gerak lambat. Teknik operasi ini dilakukan dengan penanaman chip di otak dalam.