Rabu 11 May 2016 12:07 WIB

Imunisasi Penting untuk Cegah Penyakit Ini (Bagian 1)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Pemberian imunisasi ke anak.
Foto: Antara
Pemberian imunisasi ke anak.

REPUBLIKA.CO.ID, Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Cissy Rachiana Sudjana menjelaskan tujuan utama imunisasi adalah eradikasi penyakit, melalui pencegahan penyakit pada individu dan masyarakat. Cakupan imunisasi yang tinggi di berbagai negara, terbukti dapat menurunkan insidens berbagai penyakit secara bermakna.

Di Amerika Serikat, pada 2004 cacar, polio, difteri dan rubela kongenital sudah tereradikasi. Sedangkan insidens campak, gondongan, rubela, tetanus, penyakit akibat kuman Haemophilus infuenzae type b menurun drastis. Begitu pula varisela, hepatitis A dan penyakit akibat bakteri pneumokokus invasif.

“Namun demikian meski pun berbagai penyakit dapat dieradikasi, karena kuman penyebab berbagai penyakit yang diakibatkan kuman yang dapat dicegah dengan imunisasi masih ada di dunia, maka program imunisasi harus terus dijalankan, dan diperkuat,” jelasnya dalam seminar media Menutup Senjang Imunisasi: Imunisasi untuk Semua Sepanjang Hidup, di Bandung, Jawa Barat, belum lama ini.

Dengan kemajuan teknologi, ilmu biomolekuler, genetik dan imunologi, penelitian vaksin berkembang pesat. Saat ini ditemukan berbagai vaksin baru, juga vaksin yang mempunyai efikasi lebih tinggi dan lebih aman.

Menurutnya, penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit infeksi itu sendiri merupakan penyakit menular yang mematikan atau menimbulkan komplikasi berbahaya terutama untuk balita. Berikut ini ulasan berbagai penyakit tersebut.

Hepatitis B

Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit pada bayi dan anak umumnya ringan, bahkan tanpa gejala, namun pada 80 sampai 90 persen akan menjadi kronis dan dalam 10 sampai 20 tahun akan menjadi sirosis dan/atau kanker hati.

Penyakit ini merupakan penyakit yang serius dan dapat diderita seseorang sepanjang hayat. Infeksi dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu pembawa virus, infeksi dapat vertikal maupun horizontal. Indonesia merupakan daerah endemis hepatitis B, prevalensi antigen HBsAg tinggi. Pada ibu hamil mencapai 3,6 persen (2,1 sampai 6,7 persen). “Oleh karena itu vaksinasi bayi baru lahir sangat dianjurkan,”

ujarnya.

Difteri

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Bakteri terdapat di dalam mulut, tenggorokan, dan hidung orang yang terinfeksi. Bakteri difteri masuk ke  mulut bersarang di nasofaring.

Bakteri menghasilkan toksin atau racun dan membentuk selaput di sekitar tenggorokan yang akan menyumbat saluran pernapasan, menyebabkan anak sulit bernafas.

Anak dapat meninggal kalau tidak dibuat lubang pada leher. Racun yang dihasilkan oleh bakteri dapat menyebar ke jantung dan system saraf sehingga menyebabkan jantung gagal berdenyut dan kelumpuhan saraf. Kematian terjadi sekitar 7 persen pasien difteri, terutama pada balita.

 

(Baca Juga: Begini Manfaat Imunisasi bagi Anak)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement