REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu hal penting untuk keberhasilan imunisasi adalah sosialisasii, informasi dan pendekatan terhadap masyarakat terutama orang tua. Petugas kesehatan, terutama dokter anak yang banyak melakukan imunisasi, harus mendengarkan, memperhatikan dan peduli terhadap keluhan orang tua mengenai imunisasi, dan memberikan keterangan yang jelas mengenai risiko dan keuntungan pemberian imunisasi untuk bayi, anak dan remaja.
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Cissy Rachiana Sudjana menjelaskan harus diterangkan secara jelas apa risiko anak bila tidak mendapat imunisasi. Begitu pula apa keuntungan bagi anak dan lingkungannya (herd immunity).
Di seluruh dunia, dia mengatakan tidak hanya di Indonesia ada gerakan anti imunisasi. "Ini yang menjadi tantangan kita, dan harus dihadapi secara arif," ujarnya.
Cakupan imunisasi merupakan hal yang penting untuk dicapai setinggi mungkin dan harus dipertahankan. Evaluasi cakupan imunisasi di Indonesia pada 2013, dia merincianya sebagai berikut. BCG 87,6 persen, DTP3 75,6 persen, polio 3 tak ada data, hepatitis B3 sebesar 75,6 persen, campak 82,1 persen dan TT untuk ibu hamil tak ada data.
Program Imunisasi Nasional 2014 meliputi Hepatitis B waktu lahir: Hep B nol bulan, BCG usia satu bulan, Polio 1,2,3 dan 4 bulan, DTP/Hep B/Hib usia 2,3,4 bulan dan 18 bulan dan campak usia 9 bulan. Sedangkan Bulan Imunisasi anak sekolah (BIAS), kelas 1 SD campak dan dT, kelas 2 SD dT dan kelas 3 SD dT.