Jumat 13 May 2016 08:55 WIB

Betulkah Vaksin MMR Menyebabkan Autisme?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Anak-anak penyandang autisme bernyanyi bersama saat 'Drama Musical of Autism' di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (8/4).
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Anak-anak penyandang autisme bernyanyi bersama saat 'Drama Musical of Autism' di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa orangtua anak dengan autisme percaya bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara vaksin measles, mumps, rubella (MMR) dengan autisme. Gejala khas autisme biasanya diamati oleh orangtua saat anak mulai tampak gejala keterlambatan bicara setelah usia lewat satu tahun. 

Vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan (di luar negeri 12 bulan). Pada usia sekitar inilah biasanya gejala autisme menjadi lebih nyata. Meski pun ada juga kejadian autisme mengikuti imunisasi MMR pada beberapa kasus. “Akan tetapi penjelasan yang paling logis dari kasus ini adalah koinsidens. Kejadian yang bersamaan waktu terjadinya namun tidak terdapat hubungan sebab akibat,” jelas Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso belum lama ini.

Kejadian autisme meningkat sejak 1979 yang disebabkan karena meningkatnya kepedulian dan kemampuan medis mendiagnosis penyakit ini. Namun tidak ada lonjakan secara tidak proporsional sejak dikenalkannya vaksin MMR pada 1988. 

Pada 2000 AAP membuat pernyataan "Meski kemungkinan hubungan antara vaksin MMR dengan autisme mendapat perhatian luas dari masyarakat dan secara politis, serta banyak yang meyakini adanya hubungan tersebut berdasarkan pengalaman pribadinya, namun bukti-bukti ilmiah yang ada tidak menyokong hipotesis bahwa vaksin MMR menyebabkan autisme dan kelainan yang berhubungan dengannya."

Pemberian MMR, secara terpisah pada anak terbukti tidak lebih baik daripada pemberian gabungan menjadi vaksin MMR. Pimpim menambhakan bahkan akan menyebabkan keterlambatan atau luput tidak terimunisasi. Dokter anak mesti bekerja sama dengan para orangtua untuk memastikan bahwa anak mereka terlindungi saat usianya mencapai dua tahun dari PD3I. Upaya ilmiah mesti terus dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari autisme.

Lembaga lain yaitu CDC dan NIH juga membuat pernyataan yang mendukung AAP. Pada 2004 IOM menganalisis semua penelitian yang melaporkan adanya hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. Hasilnya adalah tidak satu pun penelitian itu yang tidak cacat secara metodologis. Kesimpulan IOM saat itu adalah tidak terbukti ada hubungan antara vaksin MMR dengan autisme.

Demikian telah dibahas secara ringkas tentang imunisasi dan berbagai miskonsepsi terhadap imunisasi. “Berdasarkan data di atas tampaknya imunisasi memang tidak bisa digantikan dengan cara lain dalam mencegah PD3I yang amat ganas dan berbahaya. Jangan sampai kekeliruan pemahaman sebagian tokoh masyarakat justru membawa kerugian dan korban nyawa anak-anak yang tak berdosa itu,” ujarnya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement