Kamis 19 May 2016 09:51 WIB

Bahaya, Anak Usia 9-10 Tahun Dapat Setengah Energi dari Junk Food

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ilham
Anak makan junk food
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Anak makan junk food

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru dari University of Adelaide di Australia menunjukkan anak-anak berumur 9-10 tahun menerima hampir setengah dari kebutuhan energi sehari-harinya dari makanan diskresioner alias junk food. Studi ini mengevaluasi asupan makanan inti lebih dari 430 anak-anak di Australia Selatan pada rentang usia yang sama.

Hasil penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Human Nutrition and Dietetics. Faktanya, sebanyak 45 persen dari makanan anak-anak bersumber dari makanan tinggi lemak, garam, dan gula. Hal serupa bisa saja terjadi di banyak negara lain di dunia, termasuk Indonesia.

"Kami menemukan lebih dari setengah energi anak berasal dari karbohidrat dan sepertiganya dari lemak, terutama lemak jenuh," kata penulis utama penelitian, Dr Melissa Whitrow dari University of Adelaide School of Public Health and Robinson Research Institute, dilansir dari Medical News Today, Kamis (19/5).

Whitrow menilai, diet tak sehat adalah kontributor utama obesitas dan juga masalah kesehatan lain pada anak di kemudian hari, seperti penyakit jantung. Kebiasaan makan sehat selama usia transisi dari masa kanak-kanak ke remaja sangat penting.

Ada setidaknya enam fakta penting dari studi ini. Pertama, anak laki-laki dan perempuan 9-10 tahun rata-rata masing-masingnya mengonsumsi 156 gram dan 161 gram gula total per hari. Kedua, 91 persen dari anak-anak malas makan sayuran. Ketiga, 99,8 persen anak-anak kurang mengonsumsi protein alternatif nan alami seperti telur, kacang-kacangan, dan buncis.

Keempat, 83 persen anak laki-laki dan 78 persen anak perempuan mengonsumsi garam berlebih. Kelima, 41 persen dari anak laki-laki dan 24 persen anak perempuan kekurangan serat. Keenam, 83 persen anak perempuan kekurangan asupan susu, padahal pada usia ini anak perempuan membutuhkan asupan susu karena penting untuk menjamin kepadatan tulang di masa pubertas.

Whitrow menyarankan anak-anak untuk mengonsumsi ikan dalam diet sehat mereka dan menghindari daging olahan. Banyak hal harus dilakukan untuk mendorong anak-anak mengganti setidaknya makanan tinggi lemak, garam, dan gulanya dengan pilihan makanan sehat yang dikemas dalam kotak makan siangnya.

"Kami bukannya menyalahkan orang tua. Kita perlu mendorong anak-anak kita untuk mencoba makanan berbeda, memberi mereka alternatif makanan sehat di dalam kotak makan siangnya, dan menyajikan sayuran lebih banyak di meja makan," kata Whitrow.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement