Kamis 19 May 2016 20:22 WIB

Eliminasi Tetanus Tercapai di Indonesia Setelah 40 Tahun

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas kesehatan menyuntikan Difteri Tetanus (DT) kepada seorang pelajar SD ketika proses imunisasi DT di SDN Torongrejo 2, Batu, Jawa Timur.
Foto: Antara
Petugas kesehatan menyuntikan Difteri Tetanus (DT) kepada seorang pelajar SD ketika proses imunisasi DT di SDN Torongrejo 2, Batu, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pencegahan tetanus di Indoensia jika ditelusuri telah berlangsung sejak 1977. Artinya, keberhasilan Indonesia mencapai eliminasi tetanus pada ibu dan bayi sukses setelah melewati masa 40 tahun. 

WHO telah berkomitmen memberi dukungan terhadap program imunisasi di Indonesia sejak 1950-an. Dalam dekade terakhir telah menyediakan dukungan teknis secara khusus di daerah-daerah berisiko tinggi untuk memastikan bahwa layanan imunisasi telah dilakukan secara efisien. 

Sejak 1977, Pemerintah Indonesia telah terus berupaya memberikan imunisasi tetanus kepada seluruh bayi di Indonesia, yang akhirnya memungkinkan tercapainya status eliminasi MNT ini. Sejak 2006, UNICEF telah mendukung kampanye vaksinasi di 70 kabupaten berisiko tinggi di Indonesia, menyasar perempuan di usia reproduktif, untuk meningkatkan kekebalan terhadap tetanus pada perempuan di usia melahirkan, di propinsi-propinsi berisiko tinggi. 

Imunisasi ini dapat melindungi bayi selama kehamilan sang ibu. UNICEF juga menyediakan layanan lain dan melatih bidan agar bayi dilahirkan dengan prosedur yang higienis dan mencegah terjadinya tetanus neonatal. 

Menurut Gunilla Olsson, Wakil UNICEF untuk Indonesia, saat tetanus neonatal mencapai status eliminasi, berarti tetanus pada ibu juga tereliminasi. "Selama kita memastikan bahwa perempuan di usia produktif mendapatkan imunisasi TT dan kemudian melahirkan atau mendapatkan layanan kelahiran yang higienis, tetanus neonatal tak lagi terjadi," ujarnya dalam siaran pers kepada Republika.co.id, Kamis (19/5).

Dia mengungkapkan, bayi yang baru lahir dapat terinfeksi tetanus karena pertolongan atau layanan kelahiran yang tidak higienis. Misalnya saat memotong tali pusar dengan alat potong yang tidak steril atau membalut lukanya dengan bahan-bahan yang terkontaminasi. 

Jika spora masuk ke dalam tubuh bayi, infeksi menyebar, menyebabkan komplikasi yang berujung pada kematian dini yang menyakitkan bagi bayi. Ibu juga dapat terkena infeksi tetanus saat menjalani proses kelahiran yang tak aman, atau layanan kelahiran tak higienis yang memungkinakan spora tetanus masuk ke dalam tubuhnya. 

“Praktek pertolongan atau pelayanan kesehatan yang bersih dimungkinkan dengan bantuan bidan atau pembantu proses kelahiran yang terlatih pada proses kelahiran bagi seluruh ibu. Eliminasi MNT dipastikan melalui pemberian imunisasi. Bahwa Indonesia kini telah melakukan eliminasi MNT, adalah capaian besar melindungi seluruh perempuan di negara ini,” ujar Dr Annette Sachs Robertson, Wakil UNFPA untuk Indonesia. 

Keberhasilan validasi eliminasi adalah awal suatu era. Kini, seluruh upaya perlu dipusatkan pada upaya memastikan MNT adalah hal yang sangat tak mudah terjadi di Indonesia, terutama di wilayah dimana eliminasi telah tercapai melalui imunisasi TT tambahan. Upaya kini perlu dipusatkan pada identifikasi daerah berisiko tinggi dan memprioritaskan daerah-derah tersebut dalam imunisasi rutin dan layanan antenatal (pra-kelahiran). 

Annette mengatakan imunisasi tambahan berkala masih diperlukan di daerah berisiko tinggi. Dimana sistem kesehatan masih mengalami kesulitan dalam menyediakan akses kesehatan bagi sebagian besar kaum perempuan.

(Baca Juga: PBB: Indonesia Berhasil Eliminasi Tetanus pada Ibu dan Bayi)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement