REPUBLIKA.CO.ID, Spesialis Gizi Klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Marya W. Haryono. Mgizi, SpGK menjelaskan pencernaan yang sehat merupakan akar dari tubuh yang sehat. Dari pencernaan yang baik tentu diharapkan muncul penyerapan yang baik.
“Penyerapan yang baik kelak akan jadikan tubuh yang sehat bukan hanya jangka pendek tapi juga jangka panjang,” jelasnya.
Intinya dari pencernaan, begitu pencernaan tidak baik maka penyerapan tidak baik. Karena itu, ia menyarankan lebih baik menjaga apa yang kita makan, dan penting sekali memilih makanan yang masuk tubuh.
Ia mengungkapkan di dalam sayuran cerna bahkan dari mulut terdapat begitu banyak bakteri. Ada yang jumlahnya ratusan sampai ke miliaran. Di saluran cerna atau usus, miliaran kuman ini sebenarnya diperlukan untuk membantu proses pencernaan, ada yang mematikan kuman yang baik, menetralkan, dan fungsi lainnya.
Pada dasarnya kuman ada yang baik dan tidak, semuanya harus dalam komposisi seimbang. Begitu mengonsumsi makanan yang kurang higienis atau mungkin sistem imun lagi turun, kuman yang tidak baik bisa berkembang jadi banyak. “Ini karena tidak terjaga keseimbangannya otomatis pencernaan tidak baik,” tambahnya.
Selain ada yang menguntungkan, ada yang bahaya, bakteri juga ada yang sifatnya tengah-tengah. Begitu banyak jadi bahaya, begitu sedikit biasa saja. Namun, menurutnya orang Indonesia itu kebal sekali dengan esteria coli, makan makin di pinggir kali makin nikmat. Padahal tidak tahu peralatan masak, perlatan makan dan bahan masakan dibilasnya pakai apa.
Sebaliknya kalau orang luar datang ke negara kita mempertanyakan apakah makanan ini mentah apa tidak, mencucinya pakai air apa. “Tapi kalau orang kita sudah kebal,” ungkapnya.
Salah satu bakteri yang baik adalah probiotik. Salah satunya berasal dari yogurt, susu fermentasi. Dari jaman Nabi banyak digunakan karena banyak manfaatnya untuk kesehatan.
(baca: Sering Kesemutan? Waspadai 5 Ancaman Kesehatan Ini)