REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian atlet, bencana terbesar adalah ketika mengalami cedera. Kalau cedera yang dialami tak langsung ditangani dengan baik maka karier atlet bisa langsung tamat seketika.
Dokter dari Rumah Sakit Royal Progress Jakarta, dr. Bobby N. Nelwan, SpOT menjelaskan, biasanya atlet dengan latihan dan pergerakan lebih aktif sangat rentan terkena cedera. "Olahraga dengan tingkat pergerakan yang sangat sering maka risiko cedera akan lebih tinggi," ujarnya di Jakarta, Selasa (31/5).
Bobby mengaku kerap menangani atlet di bidang sepak bola dan basket sejak bergabung dengan RS Pogress. Nama seperti, Ferdinand Sinaga, Boaz Salossa, dan Imanuel Wanggai pernah ditanganinya untuk menjalani terapi pemulihan cedera.
"Kita memang di sini, khusus atlet maka pasiennya juga lebih banyak atlet, khususnya sepak bola dan basket. Tapi orang yang bukan atlet juga pernah kita tangani," ujarnya.
Dia menjelaskan, cedera yang dialami para atlet biasanya meliputi, cedera lutut, engkel, otot, dan yang paling parah adalah multiligament injury. "Banyak macam cedera olahraga, tetapi cedera yang paling menakutkan para atlet adalah cedera anterior cruciate ligament (ACL), karena ACL tidak dapat beregenerasi," tutur Bobby.
Menurut Bobby, ketika terjadi kerusakan, tubuh pun tidak dapat memperbaikinya secara alami. Karena itulah operasi menjadi jalan satu-satunya cara bagi atlet untuk mengobati cedera ACL. "Cedera ACL bisa berupa putus, atau robek yang mengakibatkan sendi lutut menjadi tidak stabil, karena ACL pada lutut memang berfungsi menjaga kestabilan sendi lutut," ucapnya.
Untuk masa penyembuhan sendiri menurut dr Bobby tergantung dari cedera yang didapat dari atlet itu sendiri. Yang pasti, sambung dia, tiga bulan awal merupakan masa yang sangat krusial untuk pemulihan.
"Setelah menjalani operasi, pasien masih harus melewati masa penyembuhan yang memakan waktu antara enam sampai delapan bulan untuk bisa kembali aktivitas olahraga," katanya.