REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Bedah Digestif RS Siloam Kebon Jeruk dr Errawan R Wiradisuria mengatakan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) sebanyak 20 persen pria dan 30 persen wanita mengalami obesitas di Indonesia.
Obesitas dapat meningkatkan penyakit berbahaya seperti hipertensi, diabetes, hingga serangan jantung.
Pembedahan lambung, ujar Errawan, disarankan bagi penderita obesitas yang memiliki Body Mass Index (BMI) di atas 30 dan memiliki penyakit yang menyulitkan hidupnya, misalnya pada penderita obesitas dengan berat hingga 140 kg.
"Jika penderita obesitas tidak memiliki keluhan apapun pembedahan dianjurkan jika BMI di atas 35," ujarnya, Selasa (7/6).
Pembedahan dilakukan dengan mengecilkan lambung 25 persen. Dengan lambung lebih kecil maka pasien hanya membutuhkan lebih sedikit makanan untuk cepat kenyang.
"Setelah dilakukan pembedahan penderita obesitas harus menyesuaikan diri dengan porsi makan dengan sistem pencernaan yang baru," katanya.
Errawan menjelaskan, dalam melakukan pembedahan lambung dilakukan dengan pendekatan tim multidisiplin yang terdiri dari dokter senior di bidang penyakit dalam khususnya bidang gastroenterologi, hepatologi, radiologi, bedah saluran cerna dan minimal invasif, kanker darah, ahli gizi dan anatomi patologi.
Operasi pengecilan lambung bagi orang dengan obesitas tingkat berat akan memberikan harapan hidup lebih tinggi. Daripada ia dibiarkan hidup dengan obesitas tingkat berat.
"Orang yang sangat berat badannya punya potensi kena penyakit jatung, diabetes, dan mengompol."
Usai operasi pengecilan lambung, kata Errawan, pasien harus makan makanan cair dulu seperti susu, kemudian secara bertahap makan bubur. Lalu makan makanan normal.
"Usai operasi mereka seumur hidup harus makan makanan rendah lemak, rendah kalori, bergizi dengan porsi kecil namun sering," ujarnya.