REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Salah satu tujuan pasangan menikah adalah untuk mendapatkan keturunan. Sayangnya tak sedikit pasangan suami isteri (pasutri) yang masih kesulitan mendapatkan keturunan (infertilitas).
Bahkan angka infertilitas ini terbilang cukup tinggi. Merujuk data Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka infertilitas cukup tinggi. Setidaknya setiap tahun muncul 2 juta pasangan baru terduga infertilitas di dunia.
“Di Indonesia, angka ketidaksuburan pasangan suami isteri ini juga masih menjadi momok bagi mereka
yang mendambakan keturunan,” ungkap Dokter Spesialis Andrologi Sultan Agung Fertility Center,
Taufiqurrahman.
Jamak kasus, jelasnya, dalam persoalan infertilitas ini wanita selalu disalahkan bila ada kasus ketidaksuburan (kemandulan). Padahal, baik suami mauupun istri sama-sama memiliki faktor pemicu infertilitas.
Biasanya, laki-laki yang mengalami infertilitas disebabkan oleh kelainan sperma, abnormalitas ejakulasi dan ereksi, akibat infeksi yang terjadi pada alat reproduksi serta factor gizi. Sedangkan infertilitas yang terjadi pada perempuan, jamak dipengaruhi oleh faktor gangguan ovulasi. Gangguan ovulasi yang sering disebabkan oleh Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS).
Selain itu juga Primary Ovarian Iinsufficiency (POI) yang sering muncul ketika wanita berumur lebih dari 40 tahun atau terhalangnya tuba fallopi yang sering disebabkan oleh Pelvic Inflammatory Disease (PID).
Meski begitu, bukan berarti pasangan yang mengalami infertilitas tertutup kesempatan dan kemungkinannya untuk bisa mendapatkan keturunan. Karena gangguan ketidaksuburan ini bisa dianalisa secara medis.
Hanya saja, tambahnya, kendala yang jamak dihadapi adalah banyak pasangan yang enggan memeriksakan permasalahan yang dialaminya ini ke klinik layanan reproduksi sehat karena malu. Sebab budaya serta kebiasaan ‘masyarakat timur’ yang membicarakan atau menganggap segala sesuatu yang berhubungan dengan seks itu merupakan hal tabu yang tidak layak untuk dibicarakan.
Padahal, kebiasaan ini dinilai juga memberi kontribusi terhadap kejadian infertilitas. “Dengan diperiksa di layanan reproduksi sehat akan diketahui apa penyebab pasangan mengalami infertil,” kata Taufiqurrahman.
Sebagai bentuk ikhtiar membantu pasangan yang belum dikaruniai keturunan, tambahnya, Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung membuka pelayanan Sultan Agung Fertility Center (SFC). SFC merupakan fasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan menjaga kesehatan reproduksi pasangan yang dalam kurun waktu tertentu belum kunjung dikaruniai anak.
Penanganan kepada pasangan infertilitas di SFC ditangani oleh dokter ahli andrologi, embriologi, patologi klinik, ginekologi dan didukung oleh para ahli urologi. Semua fasilitas pemeriksaan, laboratorium untuk analisa dan preparasi dan tempat pengeluaran sperma (ruang fantasi) terintegrasi menjadi satu. “Ini akan menambah kenyamanan serta privasi pasangan yang sedang pemeriksaan,” tambah Taufiqurrahman.
Sementara itu, Embriolog SFC, dr Meidonna N Millarossa MCE memaparkan salah satu fasilitas unggulan
dalam layanan ini adalah Intra Uterine Insemmination (IUI). Yakni serangkaian prosedur penempatan sperma suami yang sudah dipersiapkan dalam organ reproduksi istri dengan tujuan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan.
Prosedur ini dilakukan ketika masa subur seorang istri. Proses transfer ke dalam rahim istri dilakukan dengan menggunakan kateter khusus yang lembut. “Jadi tidak ada alasan takut untuk periksa infertil lagi,” tambahnya.