Senin 22 Aug 2016 08:45 WIB

Awas! Kandungan BPA Plastik Sebabkan Depresi Anak

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Menggunakan botol minum dari bahan kaca lebih baik dari plastik karena lebih minim kandungan kimia.
Foto: ist
Menggunakan botol minum dari bahan kaca lebih baik dari plastik karena lebih minim kandungan kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, Penelitian terbaru dari Amerika menunjukkan bahwa paparan bisphenol A (BPA) pada anak laki-laki saat masih dalam kandungan dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan. Risiko depresi dan kecemasan akibat paparan Zat kimia yang biasa terdapat pada plastik ini terlihat ketika anak laki-laki memasuki usia 10 hingga 12 tahun.

Tim peneliti dari University of Columbia di New York melakukan penelitian terkait paparan BPA selama masa kehamilan dan dampak patologinya bagi anak. Untuk mengetahui dampak tersebut, tim peneliti melakukan penelitian terhadap 241 wanita hamil non-perokok dan anak dalam kandungan mereka.

Untuk mengetahui kuantitas BPA yang terserap, tim peneliti meminta para wanita hamil non-perokok tersebut untuk mengumpulkan sampel urin ketika mereka sedang dalam masa trimester ketiga kehamilan. Selain itu, tim peneliti juga mengumpulkan sampel urin dari anak yang telah dilahirkan oleh para wanita hamil tersebut ketika sang anak berusia tiga, lima, 10 dan 12 tahun.

Di akhir masa penelitian, tim peneliti melakukan rangkaian tes terakhir pada anak. Anak-anak diminta untuk menjalani tes dan wawancara psikososial untuk mengevaluasi tanda-tanda potensial dari depresi dan kecemasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki dengan paparan BPA tertinggi memiliki gejala kecemasan dan depresi dibandingkan anak laki-laki yang terkena paparan BPA lebih rendah. Akan tetapi, pengaruh paparan BPA tidak terlalu terlihat pada anak perempuan. Tim peneliti menilai kondisi berbeda pada anak laki-laki dan perempuan ini disebabkan oleh otak anak laki-laki yang lebih rentan terhadap paparan BPA ketika masih berkembang di dalam rahim.

(baca: Banyak Anak-anak tak Penuhi Kriteria Jantung Sehat)

Seperti dilansir Malay Mail Online, tim peneliti mengatakan risiko kecemasan dan depresi yang meninggi, khususnya kekhawatiran, dapat mempengaruhi kemampuan anak-anak di masa mendatang. Gejala-gejala ini dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk berkonsentrasi, bersosialisasi dan sukses di sekolah.

Bahaya BPA memang sudah berulangkali dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai penelitian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPA berkaitan dengan penyakit asma, pubertas dini pada anak perempuan, diabetes, dan penyakit jantung pada orang dewasa. Selain itu, pada Mei lalu tim peneliti Amerika Serikat juga menemukan bahwa paparan BPA berpotensi menimbulkan risiko obesitas. Pada April lalu, European Food Savety Authority (EFSA) juga mengumumkan akan kembali melakukan penelitian atas dampak BPA terhadap sistem imunitas.

Oleh karena itu, penggunaan BPA dalam produk-produk tertentu telah dilarang di beberapa negara. Untuk bisa meminimalisasi kontak dengan BPA, ahli menyarankan agar konsumen tidak menggunakan kontainer plastik berlabel 3 dan 7, khususnya untuk makanan atau minuman. Selain itu, ahli juga merekomendasikan agar konsumen beralih dari makanan kalengan ke produk makanan beku atau segar.

Selain itu, sebisa mungkin ahli juga menyarankan agar konsumen memilih kontainer yang terbuat dari kaca, perselen atau stainless steel untuk menaruh makanan atau minuman, khususnya ketika makanan dan minuman dalam kondisi panas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement