REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Serangan jantung koroner masih menjadi pembunuh berbahaya di Indonesia yang disusul kanker dan lever. Ahli penyakit dalam RSCM Jakarta, Ari Fahrial Syam menyebutkan kondisi itu hampir sama dengan yang terjadi di negara-negara lain di Asia Tenggara.
"Penyebabnya karena gaya hidup, terutama soal makanan dan karena kurang bergerak," kata Ari di Nusa Dua Bali, Senin (22/8).
Hal itu dikemukakan Ari di sela-sela acara Kongres Dunia Ilmu Kesehatan Internasional (WCIM 2016). Kongres yang berlangsung antara 22-25 Agustus ini dibuka Menkes Nila F Moeloek dan diikuti 3.400 peserta dari berbagai negara.
Wakil Ketua I PB Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam itu mengatakan gaya hidup termasuk pola makan menjadi salah satu serangan jantung. Masyarakat sebutnya, belakangan lebih suka menikmati makanan siap saji, dimana hal itu berpotensi menimbulkan kegemukan.
"Akhirnya juga bisa menimbulkan kanker dan juga serangan jantung. Ini masalah yang dihadapi oleh masyarakat," katanya.
Kemajuan teknologi dan meningkatnya daya beli masyarakat, juga membuat mereka manja, dengan hanya memilih naik-turun berkendaraan. Padahal untuk jarak tempuh yang dekat misalnya, bisa ditempuh dengan berjalan kaki.