Kamis 25 Aug 2016 14:24 WIB

Anak Aktif Bergerak Bisa Cegah Obesitas

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Anak berlari
Foto: ist
Anak berlari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah data tentang jumlah anak-anak obesitas di Indonesia pada 2014 menunjukkan jumlah yang mencapai 13 persen atau naik 3 kali lipat sejak 2000. Masalah ini juga sudah menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sehingga sejak 2002, WHO sudah mencanangkan kampanye Move for Health.

Bergerak merupakan salah satu solusi menghindari obesitas yang sebaiknya ditanamkan sedini mungkin. Spesialis Kedokteran Olahraga dan Pemerhati Kebugaran Anak Indarti Soekotjo yang ditemui saat talkshow media 'Yuk, Main di Luar' menjelaskan bahwa karakteristik alamiah anak-anak adalah bergerak, sejak ia dilahirkan.

Menurutnya, anak bergerak saat dia mulai belajar telungkup, merangkak, memanjat, berjalan hingga berlari. Hanya saja, orang tua justru sering membatasi pola alamiah anak ini, dengan berbagai alasan.

Indarti mengatakan obesitas terjadi karena kalori yang masuk dan keluar tidak seimbang. Kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak daripada kalori yang dikeluarkan.

Menurutnya, panduan dalam membiasakan anak bergerak dan beraktivitas fisik, disesuaikan dengan jumlah kalori yang masuk. "Semakin besar anak mengonsumsi makanan tinggi kalori, maka tentu aktivitas geraknya harus diperbanyak," katanya.

Kecenderungan kenapa anak menjadi kelebihan berat badan, dia menjelaskan  karena anak dibiarkann diam dan tidak aktif bertahun-tahun. Menurut diam anak yang kurang gerak atau melakukan sendentary life lebih dari tiga jam sehari, disertai snacking tinggi gula otomatis akan menaikkan berat badan.

Semakin gemuk, anak semakin malas bergerak dan pada akhirnya sampai pada tingkat kegemukan. Kondisi ini bisa menurunkan psikologisnya dan mengisolir dia dari pergaulan dengan teman-temannya. "Dan dampak jangka panjang akan berujung pada berbagai penyakit kronis saat dewasa, mulai diabetes sampai penyakit jantung,” jelasnya.

Karena itu, bergerak aktif pada anak diharapkan minimal 60 menit sehari, dengan berbagai aktivitas sedang dan berat. Aktivitas ringan misalnya bermain, berjalan santai, bersepeda, atau berkebun.

Sedangkan aktivitas tinggi seperti bermain basket, sepakbola, dan lari meningkatkan kemampuan kardio (jantung). Sedangkan aktivitas untuk meningkatkan kekuatan otot dan aktivitas untuk kepadatan tulang bisa dilakukan seperti melompat atau lompat tali. Aktivitas di luar di bawah sinar matahari pagi, sangat baik untuk memaksimalkan kebutuhan kalsium dan vitamin D.

Penelitian menunjukkan aktivitas fisik selama 60 menit sehari pada anak dapat meningkatkan stimulasi otak karena suplai aliran darah ke otak menjadi lebih baik. Olahraga juga bermanfaat mencegah stres atau depresi pada anak.

Melakukan olahraga, dia menambahkan akan merangsang pelepasan hormon endorphin dan serotonin yang membuat anak menjadi gembira. Membiasakan anak bergerak bisa dimulai bertahap dan jangan memberikan target terlalu tinggi. Yang lebih penting adalah membiasakan anak bergerak untuk sehat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement