REPUBLIKA.CO.ID, Di Indonesia kasus obesitas pada anak masih tinggi angkanya. Berdasarkan data tahun 2014 jumlah anak-anak obesitas di Indonesia, diperkirakan mencapai 13 persen atau naik tiga kali lipat sejak tahun 2000.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga sekaligus Peneliti Kebugaran Anak Sekolah, dr Indrarti Soekotjo, SpKO, menjelaskan sekarang fenomena anak-anak adalah malas gerak. Karena sekarang lingkungan mereka membuat seperti itu. Globalisasi, transportasi membuat semuanya menjadi mudah. Belum lagi gim dengan video, televisi di rumah ada, dan itu menyenangkan.
"Itu pendidikan yang tidak baik. Anak lebih dari tiga jam duduk nonton televisi atau sedentary lifestyle itu yang harus kita bongkar," jelasnya dalam media gathering dan talk show, Yuk Main di Luar di Jakarta, beberapa waktu lalu.
(baca: Ini Mengapa Anak tak Perlu Kenal Makanan Manis)
Faktor penyebab obesitas lainnya adalah karena banyaknya produksi makanan tinggi kalori, misalnya makanan tinggi gula dan tinggi garam. Makanan ini dijual dan sangat mudah didapatkan. Rasanya enak manis ataupun gurih misalnya junk food. "Sudah sedentary lifestyle dan makan tinggi kalori jadilah dia obesitas," ujarnya.
Anak dikatakan obesitas jika indeks massa tubuhnya lebih dari 30. Cara menghitungnya mudah saja, berat badan dibagi tinggi badan dalam meter persegi. Nah, rasionya adalah nilai indeks massa tubuh. "Normalnya 18,5 sampai 24,5 normal. Kalau 25 sampai 30 over weight, kalau diatas 30 obesitas. Kalau di bawah 18,5 kurang gizi," paparnya.