REPUBLIKA.CO.ID, Pernahkah Anda mendapatkan kabar buruk dari sekolah dan diminta untuk memeriksakan mata anak Anda? Sebab saat duduk dikursi belakang, anak tak bisa melihat ke papan tulis. Dan dia terpaksa maju untuk melihat tulisan di papan.
Bagaimana perasaan Anda saat itu? Apalagi ketika mengetahui ternyata hasil pemeriksaan menunjukkan minus anak sudah besar dan harus pakai kacamata sejak kecil?
Menurut dokter spesialis mata dari Jakarta Eye Center (JEC), dr Tri Rahayu MD Fiacle tentu saja pada waktu menerima kabar anak harus pakai kacamata rasanya dunia runtuh. Lalu bergumam kenapa tidak saya saja yang pakai kacamata. Namun menurutnya hal ini tidak perlu disesali dan memang tidak boleh disesali.
Mengapa anak sampai bisa minus dan harus pakai kacamata? Ia menjelaskan mata minus atau myopia adalah kondisi mata dimana dia lebih jelas saat melihat dekat. Tapi saat melihat jauh buram dan perlu kacamata. Pada mata minus keadaan mata anak panjang bola matanya lebih panjang dari panjang rata-rata orang normal.
“Sehingga saat melihat benda dari jauh. Benda yang harusnya difokuskan didepan retina, bukan ada di retina. Sehingga di depan retina tidak dapat gambaran yang jelas,” ujarnya dalam acara Seminar Kiat Mengatasi Ketergantungan Anak pada Kacamata dan Gadget, di JEC @Kedoya, Jakarta, Sabtu (3/9).
Menurutnya, masalah mata untuk kelainan refraksi yang paling banyak dialami oleh anak adalah miopi. Penyebabnya ada dua faktor, yaitu faktor genetik atau keturunan dan faktor penggunaan matanya, dalam hal ini adalah kebanyakan penglihatan dekat, salah satunya gadget atau gawai. “Itu penglihatan dekat yang pasti jangka panjang, karena enggak mungkin anak disuruh setop main gadget kalau lagi asyik,” ujarnya.