REPUBLIKA.CO.ID, Sebelumnya, masyarakat hanya bisa berspekulasi bahwa stres dapat mempersulit wanita untuk hamil. Kini, penelitian terbaru dari Amerika Serikat telah membuktikan kebenaran spekulasi tersebut secara ilmiah.
Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti dari University of Louisville dengan melibatkan 400 wanita berusia 40 tahun ke bawah yang aktif secara seksual. Tim peneliti melakukan pemantauan terhadap 400 wanita dewasa ini selama 20 periode menstruasi atau hingga wanita tersebut hamil.
Selama proses penelitian beelangsung, tim peneliti meminta para 400 wanita tersebut untuk menulis buku harian. Dalam buku harian tersebut, tiap wanita diminta untuk melaporkan berbagai hal mulai dari siklus menstruasi, aktivitas seksual, kontrasepsi yang digunakan, alkohol dan kafein yang dikonsumsi himgga rokok yang dihisap.
Di samping itu, tiap wanita dalam penelitian ini juga diminta untuk menggambarkan stres yang dirasakan setiap harinya. Tingkat stres ini dilukiskan dalam buku harian melalui skala satu hingga empat di mana skala empat menunjukkan tingkat stres tertinggi. Dari data yang terkumpul, tim peneliti kemudian menghitung rata-rata dari tingkat stres yang dirasakan oleh tiap wanita dalam setiap siklus menstruasi mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres ternyata dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesuburan wanita jika stres dialami dalam masa subur. Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya kemungkinan untuk hamil hingga 40-45 persen pada wanita yang memiliki tingkat stres tinggi dalam masa suburnya jika dibandingkan dengan wanita yang memiliki tingkat stres lebih rendah.
(baca: Tips Berbusana Hamil ala Kareena Kapoor)
Tim peneliti juga meneliti dampak yang diberikan stres terhadap kesuburan jika ada faktor-faktor lain yang diperhitungkan, seperti usia, massa indeks tubuh, konsumsi alkohol dan juga frekwensi melakukan hubungan seksual. Penambahan faktor-faktor lain ini tidak mengubah hasil bahwa stress tetap memberikan dampak negatif terhadap kesuburan jika terjadi selama masa subur.
Di samping itu, tim peneliti juga menunjukkan bahwa tingkat stres cenderung lebih tinggi di akhir bulan ketika mereka hamil. Kecenderungan ini dinilai tim peneliti dapat disebabkan oleh psikologis wanita yang menyadari bahwa mereka hamil atau dapat pula disebabkan oleh hormon kehamilan.
Salah satu peneliti Kira Taylor mengatakan hasil temuan inj dapat bermakna besar bagi wanita yang tengah berupaya untuk hamil. Taylor berharap hasil temuan jni juga dapat menjadi meningkatkan kesadaran bagi para tenaga medis dan masyarakat bahwa kesehatan psikologis dan fisik kesejahteraan memegang peranan yang sama pentingnya seperti menghindari rokok, alkohol atau pun obesitas dalam menjaga kesuburan.
"Sebagian individu skeptis bahwa faktor emosional dan psikologis penting dalam kesuburan," ujar Taylor swperti dilansir The Malay Mail Online.
Oleh karena itu, Taylor menyarankan agar wanita yang mencoba untuk hamil dapat mengambil langkah baru, yaitu menurunkan tingkat stres mereka. Beberapa cara yang dapat dilakukan wanita untuk menurunkan kadar stres mereka ialah melalui olahraga, berpartisipasi dalam program manajemen stres atau dengan meminta saran dari dokter maupun tenaga kesehatan profesional.