REPUBLIKA.CO.ID, Ketika ada kondisi gawat darurat biasanya Anda membawa keluarga, tetangga atau orang lain ke instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit terdekat. Hal ini diakui oleh Ketua Bidang Diklat dari Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI), Dr Wishnu Pramudito DP, SpB.
Namun, faktanya tidak semua pasien yang masuk IGD sudah dalam kondisi hancur-hancuran. Menurut data yang dimilikinya pasien IGD yang gawat darurat atau nyawanya terancam hanya lima persen dari kunjungan. Sedangkan yang paling banyak adalah kasus yang tidak gawat darurat. “Kebanyakan datangnya dari kejadian di lingkungan hidup sekitar salah satunya di rumah,” ungkapnya dalam Media Workshop Siap P3K Bersama #SiagaHansaplast, di Jakarta.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan secara nasional cedera paling banyak terjadi di jalan raya yaitu sebesar 42,8 persen, disusul oleh rumah 36,5 persen, dan sekolah 5,4 persen. Proporsi jenis cedera didominasi oleh luka lecet atau memar sebesar 70,9 persen, terkilir 27,5 persen, dan luka robek 23,2 persen.
“Contoh kejadian cedera di rumah dan masuk IGD paling sering adalah memar, lecet, baru cedera lain. Apalagi anak-anak, main-main, naik turun. Nah karena tidak terawasi cedera memar. Memar ada yang ringan dan ada yang berat. Cedera kepala ada yang ringan, ada yang berat, tidak semua harus ke IGD. Yang paling baik adalah pencegahan,” jelasnya.
Bahkan menurut data lainnya, di dunia 60 persen kasus cedera yang bisa dicegah atau dihindari itu ada di rumah. Yang paling banyak mengenai anak-anak usia sampai 15 tahun. “Yaitu sekitar dua juta anak di bawah 15 tahun masuk IGD di seluruh dunia cedera di rumah. Dan yang kedua adalah lansia atau manula. Atau mereka yang tidak bisa berdiri sendiri lagi dan membutuhkan bantuan. Pasien ini yang sering masuk IGD, bukan kecelakaan hebat,” ungkapnya.
Menurutnya IGD di Indonesia masih seperti pasar, apalagi saat pulang kerja itu merupakan jam sibuk mereka. Dan faktanya yang penuh di IGD bukan pasien gawat darurat yang sebenarnya bisa ditangani di rumah. “Kasus-kasus di Instalasi Gawat Darurat tidak selalu terkait dengan luka besar atau fatal, tidak jarang kami menerima pasien dengan luka tersiram air panas, lecet, atau sekedar cedera memar ringan. Namun sangat disayangkan karena terkadang penanganan pertamanya kurang tepat sehingga menyebabkan infeksi. Di sinilah pentingnya persiapan perlengkapan P3K dan tentunya disempurnakan dengan pengetahuan dasar penanganan luka ringan.”