REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD) atau dikenal juga dengan penyakit sapi gila merupakan salah satu kelainan otak yang tergolong langka. Meski terbilang jarang, penyakit CJD dapat berakibat fatal terhadap kerusakan otak.
Untuk mendeteksinya selama ini diperlukan rangkaian tes yang cukup panjang. Mulai dari pengambilan sampel jaringan sumsum tulang belakang hingga menunggu post-moterm setelah kematian. Namun, kini para ilmuwan telah menemukan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa untuk mendiagnosa CJD bisa dilakukan dengan tes sederhana yaitu tes urin.
Graham Jakcson dari Universitas Collegge London bersama rekannya melalui sebuah penelitian menemukan bahwa virus prion (protein yang bisa ditularkan) dimungkinkan untuk dideteksi di dalam urin. Ada beberapa cara penyakit ini dapat terjadi.
Pertama, CJD dapat terjadi secara sporadis tanpa penjelasan pasti. Kedua, mengonsumsi dari sapi yang terinfeksi bovine spongiform encephalopathy (BSE), istilah medis untuk penyakit sapi gila. Terakhir, disebabkan karena kontaminasi selama tindakan medis.
Dari 162 orang yang diambil sampel urinnya, sebanyak 91 orang terkontrol sehat, 34 orang terdeteksi memiliki penyakit saraf yang disebabkan oleh CJD dan 37 orang sisanya didiagnosis CJD yang 20 di antaranya tertular secara sporadis. Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, tes urin bisa jadi sangat membantu untuk mengetahui diagnosa yang akurat.