REPUBLIKA.CO.ID, Kejadian atau situasi krisis yang menyebabkan seseorang mengalami trauma akibat kehilangan yang tiba-tiba seperti bencana dapat memicu timbulnya trauma hingga stres. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, trauma hingga rasa stres dan kehilangan dapat berkembang menjadi masalah kesehatan jiwa yang serius.
Ketua PP Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP-PDSKJI) Eka Viora mengatakan salah satu yang dibutuhka oleh seseorang yang baru saja mengalami situasi krisis ialah psychological first aid. Pemberian bantuan ini, Eka mengatakan perlu dilakukan sesegera mungkin setelah situasi krisis terjadi.
"Begitu ada crisis events, jangan ada jeda, langsung berikan psychological first aid (PFA)," ungkap Eka saat ditemui di gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Eka mengatakan ada tujuh hal yang boleh dilakukan boleh masyarakat dalam upaya memberikan PFA terhadap seseorang yang baru melalui situasi krisis. Beberapa di antaranya ialah melakukan pendekatan secara aktif dan juga menjadi pendengar yang baik. Ketika mendengarkan, Eka mengatakan masyarakat yang sedang memberikan PFA harus fokus dalam mendengarkan dan memberikan pendampingan tanpa paksaan.
Selain itu, yang perlu dilakukan oleh masyarakat saat memberikan PFA ialah menjunjukkan empati dan menghindari simpati. Eka mengatakan seringkali masyarakat justru melakukan kesalahan dengan menunjukkan simpati kepada seseorang yang baru saja mengalami situasi krisis. "Hindari simpati, seperti ikut-ikutan menangis," lanjut Eka.
Hal keempat dan kelima yang perlu diingat ketika memberikan PFA ialah menghargai martabat lawan bicara dan menerima serta menghargai lawan bicara mengenai masalah mereka. Masyarakat, lanjut Eka, tidak boleh mengatakan bahwa situasi krisis yang dialami lawan bicaranya merupakan hal sepele dan meminta lawan bicara untuk tidak lagi bersedih.
Yang tak kalah penting dalam upaya memberikan PFA ialah mengetahui kebutuhan lawan bicara akan privacy dan juga kerahasiaan serta jaminan perawatan yang berkelanjutan. Perawatan berkelanjutan ini, Eka mengatakan memegang peranan penting untuk mencegah agar situasi krisis yang dialami seseorang tidak menyebabkan masalah kejiwaan yang lebih lanjut seperti depresi dan post traumatic stress disorder (PTSD).
"Karena sekitar 10-20 persen (seseorang yang mengalami situasi krisis seperti bencana) bisa berlanjut jadi depresi dan dua hingga empat persen bisa berlanjut menjadi PTSD," ujar Eka.