REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertolongan pertama cardiopulmonary resuscitation atau CPR adalah hal penting yang perlu dipelajari. Menguasai teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan itu berpotensi menyelamatkan ribuan nyawa.
CPR biasanya dibutuhkan untuk menangani orang yang tenggelam atau terkena serangan jantung sebelum petugas medis tiba. Karena itu, semakin banyak orang menguasai CPR dan dapat memberikan bantuan darurat akan lebih baik.
British Heart Foundation (BHF) memperkirakan bahwa rendahnya penguasaan CPR mengarah pada sekitar 10.000 kematian setiap tahunnya di Inggris. Penelitian oleh University of Warwick juga mengungkap satu dari delapan pasien serangan jantung tidak terselamatkan karena hal sama.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Resuscitation itu melihat 11.000 kasus serangan jantung di seluruh rumah sakit. Sebanyak 13 persen pasien di antaranya tidak tertolong karena terlambat diselamatkan.
"Karena itu, respons masyarakat untuk melakukan pertolongan pertama pasien yang terkena serangan jantung merupakan langkah penting dalam rantai hidup," tutur Profesor Gavin Perkins yang memimpin penelitian.
Menanggapi hal itu, Palang Merah Inggris, Dewan Resusitasi, BHF, serta layanan ambulans dan damkar menggagas kegiatan bertajuk Restart a Heart. Pelatihan CPR itu diadakan untuk masyarakat umum dan diharapkan bakal diikuti oleh lebih dari 100.000 siswa.
"Harus ada lebih banyak kesempatan untuk belajar pertolongan pertama di sekolah, termasuk mendorongnya diajarkan dalam mata pelajaran dan kegiatan sekolah," ungkap Joe Mulligan, Kepala Pendidikan Pertolongan Pertama pada Palang Merah Inggris.