REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat memicu beragam komplikasi di mana salah satunya ialah retinopati diabetika atau diabetic retinopathy (DR). Jika tidak ditangani dengan baik, DR ini dapat berkembang menjadi Diabetic Macular Edema (DME) yang mampu menyebabkan kebutaan permanen pada penderitanya.
"50 persen penderita diabetes (DM1 atau DM2) setelah 15 tahun akan menderita retinopati diabetika jika (penyakit diabetesnya) tidak terkontrol dengan baik," ungkap Konsultan Vitreo-retina RS Mata Aini Dr Rumita S Kadarisman SpM saat ditemui dalam diskusi bersama Bayer Indonesia di Hotel Hermitage, Jakarta.
Sebelum berkembang menjadi DR dan DME, Rumita mengatakan penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menyebabkan terjadinya komplikasi pada pembuluh darah mikro di retina mata. Rumita mengatakan sel-sel yang rusak akibat penyakit diabetes di dalam pembuluh darah mikro tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan.
Penyumbatan pada rea-area pembuluh darah mikro ini akan menyebabkan daerah tersebut kekurangan pasokan oksigen. Akibatnya, retina akan berusaha untuk membuat pembuluh darah bagus. Akan tetapi, Rumita mengatakan pembentukan pembuluh darah baru pada retina mata ini bukan hal yang baik karena pembuluh darah baru yang terbentuk tidak normal, mudah berdarah karena rapuh, "Itu yang menyebabkan penglihatan tambah tidak bagus lagi," jelas Rumita.
Oleh karena itu Rumita menyarankan agar penderita diabetes menjauhi beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko DR dan DME seperti hipertensi, hiperlipiemia, nefropati atau penyakit ginjal, obesitas, gaya hidup tak sehat dan tak aktif. Hal penting lain yang perlu diperhatikan oleh penderita diabetes tentu kadar gula darah di mana kadar HbA1c disarankan terjaga di bawah 6,5. "Kalau kadar HbA1c-nya 6,5 sudah harus waspada. 6,5 sampai tujuh," lanjut Rumita.
Senada dengan Rumita, Kepala Divisi Vitreo Retina FKUI-RSCM Dr Elvioza SpM mengatakan mengurangi faktor risiko berperan besar dalam menjauhkan penderita diabetes yang telah mengalami DR dari kebutaan akibat DME. Elvioza mengatakan DR yang tidak ditangani dan dikontrol dengan baik dapat berkembang menjadi DME.
Elvioza mengatakan terjadinya DME dapat dirasakan penderita melalui gejala penurunan tajam penglihatan. Penurunan tajam penglihatan ini ditandai dengan penglihatan yang kurang fokus atau buram, berkurangnya kontras warna, ada bercak hitam yang menutupi sebagian area penglihatan hingga melihat garis lurus menjadi bengkok atau melihat wajah orang lain menjadi bergelombang tidak simetris.
Ketika DME sudah terjadi, Elvioza mengatakan penderita harus terus-menerus melakukan kontrol dan terapi unuk menjaga agar kebutaan tidak terjadi. Terapi laser, lanjut Elvioza, hanya dapat mempertahankan fungsi atau kualitas penglihatan pasien DME namun dengan persentase keberhasilan 50 persen saja. Saat ini, Elvioza mengatakan terapi suntik VEGF yang dikombinasikan dengan satu kali laser dapat memberi peluang bagi pasien DME untuk mempertahankan bahkan memperbaiki fungsi penglihatan namun membutuhkan biaya yang cukup besar.
"Kalau baru terjadi diabetic retinopathy, kita lakukan kontrol faktor risiko aja dulu. Gula darah, tensi, kita kontrol," pesan Elvioza.