REPUBLIKA.CO.ID, Banyak yang mengatakan junk food tidak sehat. Jadi sebaiknya jangan mengonsumsi makanan tersebut. Apa benar seperti itu?
Pakar nutrisi, Sari Sunda Bulan, mengatakan pada dasarnya semua makanan bagus. Tinggal bagaimana porsinya dan ikuti apa saja yang harus dibatasi seperti garam, gula dan minyak.
Makanan disebut junk food karena tidak mengandung makronutrien dan mikronutrien. Kebanyakan junk food hanya berisi makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Junk food kurang vitamin dan mineralnya.
Ketika Anda memilih makan junk food seperti burger, makanan ini juga mengandung nutrisi. Ada karbohidratnya dari roti, protein dari daging, keju dan pati. Ada lemak dari mayones. Ada sayur dari timun, tomat dan daun selada. Namun jumlah sayurannya memang kurang dibanding karbohidrat dan proteinnya.
Belum lagi, porsi burger sekarang tak lagi porsi kecil. Tapi sekarang dobel burgernya. Dobel rotinya, dobel isinya.
"Ingat porsi. Dulu burger sedang sekarang dobel bisa 1.200 kkal. Dalam sehari kita hanya butuh 2.000 sampai 2.150 kkal," ujarnya.
Belum lagi ketika sampai di rumah kurang kenyang. Makan lagi nasi. Bertambahlah kalorinya.
Junk food lainnya seperti ayam goreng tepung juga boleh dimakan karena ada proteinnya. Tapi lemaknya tinggi. Begitu juga dengan kentang goreng. Ini karbohidrat dan digoreng pula dengan minyak. Tidak ada buah dan sayur. "Dapat protein dan karbohidrat tapi kurang mikronutrien. Garam dan minyak tinggi," ujarnya.
Ia menambahkan junk food kekurangan mukronutien. Jika dikonsumsi akan membuat kelebihan energi. Selain itu buah dan sayur tidak ada.
"Kalau mau bisa pilih, enggak mungkin kita steril dari junk food. Pilih ayam goreng, kentang panggang, minuman tanpa gula atau air mineral, jangan minuman karbonasi karena gula lagi," sarannya.
Kelebihan garam akan menyebabkan tekanan darah tinggi, ginjal terganggu dan terjadi penyempitan pembuluh darah. Jadi sebaiknya dibatasi.