REPUBLIKA.CO.ID, Banyak orang pernah mengalami rasa gatal di tenggorok yang berujung batuk atau gangguan saat menelan makanan. Walau terkesan sepele, ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Apalagi jika memengaruhi asupan makanan untuk tubuh.
Rasa sakit di tenggorok bisa jadi merupakan gejala awal radang tenggorok atau tonsilofaringitis. Ini merupakan penyakit yang disebabkan terjadinya proses peradangan atau inflamasi pada selaput lendir atau mukosa tenggorok (faring) dan tonsil (amandel). Penyakit ini dapat dipicu oleh adanya infeksi, iritasi, maupun alergi.
Menurut Ketua Divisi Laring Faring Departemen Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Syahrial M Hutaurk, sebanyak 80 persen kasus radang tenggorok disebabkan oleh infeksi. Sisanya terjadi karena alergi maupun iritasi. Berbeda dengan dua penyebab terakhir, radang tenggorok karena infeksi umumnya diawali demam.
Radang tenggorok bisa juga mengindikasikan adanya alergi. Dokter THT ini mengatakan kasus ini biasa ditemukan pada orang yang memiliki alergi debu dan tungau. Asap, makanan tidak sehat, udara kotor, dan perubahan suhu yang ekstrem ketika menyeruput cairan yang terlalu panas juga dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan dan memicu peradangan. Penyakit ini juga bisa muncul mengiringi peningkatan asam lambung yang terjadi saat stress.
Apabila tidak ditangani dengan tepat, dia mengatakan radang tenggorok dapat menyebabkan komplikasi menyebar dan menyebabkan rhinitis kronik, sinusitis, otitis media, maupun pembengkakan jaringan abses di leher. Pada kasus terakhir, abses harus diangkat melalui operasi. Jika tidak, cairan atau nanah di dalamnya bisa pecah dan masuk ke dalam tubuh. Pada tahap ini, 90 persen kasus bisa berakhir dengan kematian.
Komplikasi lain berupa hematogen dan limfogen, yang menyebabkan terjadi endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uvetis, iridosiklitis, dermatitis,pruritis, urtikaria, dan furukulosis. Radang tenggorok juga dapat menimbulkan gangguan tidur pada anak karena rasa nyeri dan obstructive sleep apnea (OSA).
Dengan penanganan yang tepat, semua jenis komplikasi di atas dapat dihindari. Beberapa langkah dalam tata laksana penyakit radang tenggorok, di antaranya pemberian antibiotik empiris. Misalnya antibiotik lini pertama atau kedua. Penggunaan analgesik dan antipiretik juga dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pasien.
Dalam beberapa kasus, tata laksana radang tenggorok juga perlu disertai pemeriksaan penunjang. Misalnya ketika pasien tak kunjung sembuh setelah pemberian antibiotik lini pertama dan kedua. untuk kasus seperti ini, dokter akan memberikan antibiotik defitinif yang diawali dengan swab tenggorok dan resistensi.
Petugas medis akan mengambil sampel kuman dari tenggorok pasien dan melakukan uji laboratorium untuk menentukan antibiotik yang tepat, pemeriksaan DPL dan antistreptolysin O atau asto titer. Radiologi kadang dilakukan apabila diduga ada pembesaran di bagian belakang amandel yang tertutup sinus.