REPUBLIKA.CO.ID, Mengunyah sirih telah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia, terutama di kalangan perempuan. Kebiasan ini bisa dibilang warisan turu temurun sejak lama. Kebiasaan ini dipercaya dapat meningkatkan kesehatan gigi, gusi, mulut, dan tenggorok.
Ketua Divisi Laring Faring Departemen Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Syahrial M Hutauruk, mengatakan, sirih mengandung antiseptik dengan kandungan lebih ringan daripada obat kumur. Oleh karena itu, kebiasaan nyirih pada dasarnya baik untuk kesehatan mulut dan tenggorok.
Namun, para penguyah sirih perlu mewaspadai bahan lain yang dicampurkan dalam ketika melakukan kebiasaan tersebut. Dia menegaskan, pencampuran kapur justru dapat memicu terjadinya kanker.
Syahrial menjelaskan, kapur menarik air dalam tubuh sehingga cairan di dalam mulut berkurang. Akibatnya, sel-sel yang ada di dalam mulut dan tenggorok akan mati dan menyebabkan tumor yang berujung kanker. “Penelitian di India mengatakan, kanker lebih banyak terjadi pada orang-orang yang suka nyirih. Makanya sekarang mulai ditinggalkan,” kata dia.
Untuk mencegah hal ini terjadi, Syahrial menyarankan agar sirih tidak dicampurkan dengan bahan lain. Penggunaan sirih tanpa kapur, dia mengatakan akan mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan apabila terjadi luka di area mulut dan tenggorok.