REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah perokok aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 29,3 persen dari jumlah populasi. Di sisi lain, kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko utama dari penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan serangan jantung.
Spesialis jantung Siloam Hospitals Lippo Village dr Vito A Damay SpJP MKes FIHA FICA mengatakan ada sangat banyak zat di dalam rokok yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini yang kemudian menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung koroner.
"Orang dengan kebiasaan merokok, risiko serangan jantungnya pasti lebih tinggi dibanding jika dia tidak merokok," terang Vito.
Vito mengatakan penyempitan pembuluh darah ini terjadi karena zat-zat berbahaya dari rokok yang masuk ke dalam pembuluh darah memicu terjadinya inflamasi atau peradangan di pembuluh darah. Kondisi peradangan ini akan membuat plak aterosklerosis yang menempel di dinding pembuluh darah menjadi semakin progresif dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Yang cukup berbahaya, plak aterosklerosis yang menempel di dinding pembuluh darah ini tak jarang terjadi tanpa gejala, akan tetapi bisa pecah sewaktu-waktu. Ketika plak aterosklerosis pecah, akan terjadi penumpukan darah di area pecahnya plak aterosklerosis sehingga darah tidak bisa mengalir dengan lancar. Jika pecahnya plak aterosklerosis terjadi di jantung, maka akan menyebabkan serangan jantung. Sedangkan jika pecah di otak, maka akan menyebabkan stroke.
Meski ancaman rokok terhadap kesehatan jantung dan nyawa sangat nyata, seringkali perokok merasa 'cukup aman' jika mereka menghisap rokok rendah TAR atau rendah nikotin. Padahal, lanjut Vito, kedua zat tersebut hanyalah sebagian kecil dari banyaknya zat berbahaya lain di dalam rokok yang dapat memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah.
"Rendah TAR bukan berarti aman. Rendah nikotin bukan berarti aman juga. Banyak zat lain (di rokok) yang juga menyebabkan pembuluh darah berinflamasi," kata Vito.
Oleh karena itu, Vito menyarankan agar masyarakat menghindari perilaku yang merugikan ini bersama dengan faktor-faktor risiko utama penyakit jantung koroner lainnya. vito mengatakan beberapa faktor risiko utama penyakit jantung koroner lain yang bisa dicegah atau dikontrol ialah obesitas, diabetes mellitus, konsumsi alkohol, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi. "Ini bisa kita kontrol, bisa kita cegah," pesan Vito.