REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Augusta University mencari tahu apakah vitamin K adalah cara mudah dan efektif membantu mengurangi risiko kardiovaskular dan obesitas pada anak. Mereka percaya vitamin yang ditemukan dalam sayuran berdaun hijau, kemudian diolah bakteri dalam usus ketika seseorang sedang makan daging atau keju bisa membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi kadar lipid dalam darah.
Sensitivitas insulin yang terganggu bisa meningkatkan kadar lipid dan kalsium dalam darah. Ahli biologi tulang dari Georgia Prevention Institute, Dr Norman Pollock mengatakan ini akan memicu obesitas, kemudian menjadi faktor risiko utama untuk diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Peneliti melibatkan 60 orang anak berusia 8-17 tahun di Amerika Serikat. Mereka diidentifikasi memiliki kadar glukosa tinggi dan menandakan risiko diabetes meningkat. Selama delapan pekan studi, sebagian anak diberikan suplemen vitamin K yang lebih kuat, disebut K2, sebagian lain cukup diberikan plasebo.
"Ini (K2) adalah vitamin yang sebagian besar dari kita jarang mendapatkannya. Kami berharap ini menjadi alternatif aman untuk anak untuk memastikan kesehatan jantung mereka," kata Pollock, dilansir dari News Medical.
Peneliti mengukur hasilnya dengan melihat penanda kesehatan kardiovaskular, seperti kadar trigliserida, kolesterol baik dan buruk, serta produksi dan sensitivitas insulin. Proyek yang didanai Asosiasi Jantung Amerika ini membuktikan pemberian vitamin K meningkatkan risiko anak muda menderita penyakit kardiovaskular ketika mereka gagal berdiet atau berolahraga.
"Membatasi asupan kalori atau meningkatkan level olah raga biasanya sulit dilakukan orang dewasa, apalagi anak-anak. Membatasi makan anak dengan menerapkan diet pada mereka juga dikhawatirkan berdampak jangka panjang, misalnya mereka bisa mengalami gangguan makan," kata Pollock.
Anak obesitas memiliki kadar vitamin K rendah. Vitamin K akan mengaktifkan osteocalcin yang akan meningkatkan produksi dan sensitivitas insulin.