REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Kesehatan memprediksi sekitar 800.000 anak di Indonesia terkena penyakit radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya pada tahun 2016. Penyakit tersebut dikenal pula dengan istilah pneumonia. "Estimasinya 3,5 persen dari total jumlah balita, jumlah balita itu 100 persen dari penduduk, kira-kira sekitar 24 ribu jumlah balita, jadinya 3,55 persen dari 24 ribu terkena (pneumonia) itu," kata Kepala Sub Direktorat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Kementerian Kesehatan dr Christina Widaningrum, di Bandung, Jawa Barat, Sabtu.
Christina menuturkan pada tahun 2015 dilaporkan jumlah anak yang menderita pneumonia di Indonesia mencapai 554.650 anak. "Dari 23 balita yang meninggal dunia setiap jam, empat diantaranya dikarenakan pneumonia," kata dia.
Saat ini, Indonesia menduduki peringkat 10 di dunia dalam kasus kematian balita akibat pneumonia. "Jadi jumlah kematian karena pneumonia itu sekitar 15,5 persen per 2015 dan terdapat 554.650 kasus pneumonia," ujar Christina.
Di lain sisi, persentase kasus kematian balita akibat penyakit ini menurun pada 2016 jika dibandingkan tahun sebelumnya dan berdasarkan data seluruh Puskesmas di Indonesia, kematian balita akibat penyakit ini sekitar 22,23 persen pada 2016.
Sementara itu, Ketua Unit Kerja Koordinasi Respiratory Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Nastiti Kaswandani mengungkapkan pada tahun 2015 WHO melaporkan hampir enam juta anak balita meninggal dunia dan 16 persen dari jumlah tersebut disebabkan oleh pneumonia sebagai pembunuh balita nomor satu di dunia.
Nastiti mengatakan pneumonia adalah manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat menyebabkan kematian. Penyebab pneumonia, kata dia, ialah dikarenakan berbagai virus, bakteri atau jamur dan bakteri penyebab penyakit ini adalah pneumokokus (streptococcus pneumonia), HiB (Haempphilus influenza type b), dan stafilokokus (staphyloccous aureus).
Virus penyebab pneumonia sangat banyak, seperti rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza, virus campak.
Ketika terkena pneumonia, balita akan mengalami peningkatan frekuensi napas. Ia akan tampak sesak dan pada daerah dada tampak retraksi atau tarikan dinding dada bagian bawah setiap kali anak menarik napas dan takipneu yakni napas cepat. "Oleh karena itu, kader kesehatan diajarkan untuk mengenali tanda awal pneumonia yakni menghitung frekuensi napas selama satu menit," ucap Nastiti.
Batas frekuensi napas cepat pada bayi kurang dari dua bulan adalah lebih/sama 60 kali per menit dan pada bayi dua-12 bulan adalah lebih/sama 50 kali per menit dan usia 1-5 tahun adalah 40 kali per menit.