REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Indonesia praktik sunat sudah biasa, bahkan sangat lazim. Menyunat anak juga tidak hanya dilakukan masyarakat Muslim, mereka yang tidak beragama Islam juga banyak menyunat anaknya karena alasan demi kesehatan.
Menurut pemilik Rumah Sunatan, dr Mahrian Nur Nasution, SpBS, sebenarnya ada cukup banyak indikasi yang menyebabkan seseorang harus disunat dan tidak boleh ditunda. "Bukan hanya sosial budaya dan agama ada juga indikasi medis. Nah ini yang belum diketahui masyarakat. Sunat harus dilakukan kalau ada indikasi medis," ujarnya.
Lalu kapan sebaiknya sunat dilakukan? Menurutnya sebaiknya dari anak masih bayi sebelum tengkurap atau sebelum usia enam bulan. Alasan pertama karena fimosis. Yaitu keadaan dimana didapatkan konstriksi atau penyempitan dari ujung kulit depan (foreskin) penis. Fimosis bisa ditemukan karena faktor genetikal (bawaan sejak lahir) atau juga bisa akibat peradangan lubang pada kulit penis.
"Dari 10 anak laki-laki lahir, empat diantaranya fimosis. Fimosis berisiko infeksi. Kalau angka kejadian tinggi, kenapa tidak disunat saja sekalian," tambahnya.
Kedua karena pada saat usia manusia nol sampai enam bulan, kalau terjadi luka akan sangat cepat sembuh. Penyembuhan luka sangat cepat saat bayi. Misalnya bayi lahir berat badannya tiga kilo, dalam dua bulan atau tiga bulan bisa dua kali lipat. Sel juga dua kali lipat. "Masa penyembuhan luka paling cepat di saat sel tumbuh banyak."
Ketiga alasan faktor taruma psikis. Pada usia bayi enam bulan belum mengerti apa-apa. Jadi tidak terjadi trauma psikis. Dibanding saat sekolah dasar, bisa ingat semua saat disunat. Dan ternyata tanpa disadari kalau disunat menderita, takut atau karena kemauan orang tua bukan kemauan dia, bisa berdampak trauma psikis. Ini mengapa banyak bapak-bapak yang mengantar anaknya sunat justru pingsan. Dia mengingat saat dia disunat dulu lalu lemas pingsan.
"Kalau sunat bagus happy, dia enggak trauma. Tapi kalau dipegangi, nangis, teriak. Nah itu yang akan terjadi trauma psikis. Kalau bayi tidak terjadi trauma psikis," ujarnya.
Keempat adalah alasan kemungkinan alami luka. Saat enam bulan, anak tidak bisa tengkurap. Kalau tengkurap, kena gesekan, luka dan gampang cedera. Lalu luka berdarah. "Jadi lebih baik sebelum usia enam bulan," tambahnya.