REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sudah jamak didengar, namun masih banyak yang belum mengetahui tentang miom.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHJK) Kathleen Juanita Gunawan Soenario mengatakan, mioma uteri atau biasa disebut miom, merupakan tumor yang sensitif terhadap hormon perempuan.
Asal miom dari sel otot didinding rahim, lalu berubah menjadi tumor dan menempel di otot dinding rahim tersebut.
Miom memiliki bentuk yang bulat, putih, keras, dan terpisah dari otot rahim di sekitarnya. Meski kerap banyak terjadi pada perempuan, hingga kini penyebab dari terjadinya miom belum diketahui secara pasti.
"Faktor risiko terjadinya miom adalah saat menstruasi pada usia dini. Kemudian, indeks massa tubuh yang tinggi, dan memiliki riwayat keluarga," kata Kathleen beberapa waktu lalu.
Miom kerap timbul pada perempian usia subur atau reproduktif. Setelah menopause, miom umumnya dapat mengecil dan jarang timbul miom yang baru.
"Namun, sekitar 40 persen penderita miom terdapat dari efek genetik. Insiden yang terjadi pada wanita sekitar 20 - 25 persen," tambahnya.
Menjalankan pola hidup sehat dan melakukan skrining minimal satu tahun sekali bagi wanita yang sudah melakukan hubungan seksual, merupakan cara paling tepat untuk menghindari penyakit tersebut
"Melakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat rahim dan indung telur. Semakin dini terdeteksi, semakin tinggi pula peluang untuk sembuh," ujar Kathleen.