Senin 09 Jan 2017 12:21 WIB

Alami Gejala PMS Berlebih? Ini Penyebabnya

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Sakit perut karena menstruasi/Ilustrasi
Foto: Corbis.com
Sakit perut karena menstruasi/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Menjelang waktu menstruasi, beberapa wanita kerap menunjukkan gejala-gejala premenstrual syndrome (PMS) yang cukup berat. Gejala PMS yang berat ini lebih dikenal sebagai premenstrual dysphoric disorder (PMDD).

Diperkirakan sekitar 2-5 persen wanita mengalami PMDD. PMDD menyebabkan wanita menjadi mudah marah, sedih, dan cemas dengan intens. Selain itu, PMDD juga secara intens membuat wanita mengalami kembung dan beberapa rasa sakit lain menjelang menstruasi. Gejala-gejala akibat PMDD ini kerap menyulitkan wanita untuk menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa.

Para peneliti mengetahui bahwa wanita dengan PMDD memiliki kadar hormon yang normal. Akan tetapi, karena alasan tertentu, tubuh para wanita dengan PMDD ini jauh lebih sensitif terhadap gejala PMS, sehingga gejala PMS mereka jauh lebih berat. Sayangnya, sejauh ini belum diketahui apa yang menyebabkan tubuh wanita dengan PMDD jauh lebih sensitif.

Untuk mencari jawaan tersebut, tim peneliti dari National Institutes of Helath (NIH) melakukan penelitian terhadap 19 orang wanita, di mana 10 di antaranya merupakan wanita dengan PMDD dan sembilan wanita lainnya merupakan kelompok wanita tanpa PMDD sebagai pembanding. Tim peneliti lalu 'mematikan' sementara hormon progesteron dan estrogen dari sistem tubuh para wanita tersebut.

Hasilnya, wanita dengan PMDD berhenti mengalami gejala-gejala PMDD ketika hormon-hormon tersebut dihentikan. Akan tetapi, gejala-gejala PMDD mulai timbul kembali ketika kedua hormon kembali 'diperkenalkan' pada tubuh mereka. Sedangkan pada kelompok pembanding, wanita-wanita tanpa PMDD tidak menunjukkan perubahan.

Hal ini mengindikasikan bahwa sel-sel otak pada wanita dengan PMDD bereaksi secara berbeda terhadap kedua hormon, progesteron dan estrogen. Untuk memahami lebih jauh terkait reaksi yang berbeda ini, tim peneliti melakukan analisa terhadap sel darah putih para wanita tersebut. Sel darah putih dipilih karena sel otak sangat sulit untuk dikumpulkan dan sel darah putih menunjukkan banyak kesamaan gen dengan sel otak.

Tim peneliti menemukan adanya sebuah kompleks gen yang sangat berbeda di antara kedua kelompok wanita peserta penelitian. Kompleks gen ini dikenal sebagai kompleks gen ESC/E(Z) atau Extra Sex Combs/Enhancer of Zester. Kompleks gen ESC/E(Z) ini berfungsi untuk mengontrol gen-gen apa saja yang akan merespon dan tidak merespon masukan dari lingkungan, seperti hormon dan stressor.

Pada wanita dengan PMDD, banyak gen-gen yang dikontrol oleh kompleks gen ESC/E(Z) terlalu berekspresi. Sedangkan, hal sebaliknya ditunjukkan oleh wanita-wanita dari kelompok pembanding. Tim peneliti menilai mutasi pada kompleks gen ESC/E(Z) merupakan penyebab para wanita dengan PMDD mengalami gejala perubahan suasana hati yang sangat berat menjelang menstruasi.

Mengingat penelitian ini dilakukan dalam skala kecil yang terbatas, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum penyebab PMDD bisa benar-benar dipastikan. Akan tetapi, dari penelitian ini dapat membuka kesempatan bagi para wanita dengan PMDD untuk mendapatkan terapi yang lebih efektif daripada sekedar mengonsumsi penahan sakit atau mendapat nasihat-nasihat yang tidak membantu. "Untuk pertama kali, kami sekarang memiliki bukti selular mengenai pemberian sinyal yang tak normal pada sel-sel yang berasal dari wanita PMDD, dan juga sebuah penyebab biologis terkait perilaku sensitivitas sel yang tak normal terhadap estrogen dan progesteron," kata Peter Schmidt dari NIH seperti dilansir Science Alert.

Mempelajari lebih jauh mengenai peranan kompleks gen, lanjut Schmidt, memberikan harapan dalam memperbaiki terapi terjaut gangguan suasana hati terkait endoktrin reproduksi. Saat ini tim peneliti sedang mempelajari lebih jauh tentang peranan kompleks gen ESC/E(Z) pada sel-sel otak yang diinduksi dari sel punca para pasien dengan PMDD.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement