REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia makan bukan hanya mengambil nutrisi dari zat-zat makanan, melainkan juga mengonsumsi sejumlah bakteri jahat. Tubuh menghadapi tantangan sekaligus mendistribusikan glukosa untuk melawan bakteri jahat ini.
Hal ini memicu respons peradangan yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuh individu yang sehat untuk perlindungan.
Dokter dari University Hospital Basel telah membuktikan untuk pertama kalinya bahwa individu yang kelebihan berat badan, namun gagal merespons inflamasi ini bisa menderita penyakit diabetes. Diabetes tipe-2 mengarah ke peradangan kronis dengan berbagai dampak negatif.
Sejumlah studi klinis dilakukan untuk menghambat produksi berlebih dan dari zat-zat yang terlibat dalam penyakit ini, yaitu interleukin-1beta (IL-1beta). Pada pasien diabetes, IL-1beta memicu peradangan kronosi dan menyebabkan sel-sel beta penghasil insulin mati.
Peradangan saat makan memiliki berbagai aspek positif, namun juga negatif. Peneliti dari universitas yang sama menerbitkan laporannya dalam Journal of Nature Immunology. Pada individu sehat, respons inflamasi jangka pendek berperan penting dalam penyerapan gula dan aktivasi sistem kekebalan tubuh.
Dilansir dari Medical News Today, Kamis (19/1), Kepala Departemen Endokrinologi, Diabetes dan Metabolisme di University Hospital Basel, Profesor Marc Donath mengatakan jumlah makrofag, sejenis sel kekebalan tubuh di sekitar usus meningkat selama makan. Makrofag yang disebut 'pemulung sel' ini menghasilkan IL-1beta dalam jumlah bervariasi, tergantung konsentrasi glukosa dalam darah.
Hal ini pada gilirannya merangsang produksi insulin sel beta pankreas. Insulin kemudian menyebabkan makrofag meningkatkan produksi IL-1beta. Insulin dan IL-1beta bekerja sama mengatur kadar gula darah. Sedangkan substansi IL-1beta memastikan bahwa sistem kekebalan tubuh tetap membuat glukosa aktif.
Mekanisme metabolisme dan sistem kekebalan tubuh, menurut peneliti tergantung pada bakteri dan nutrisi yang tertelan saat makan. Jika nutrisi cukup, sistem kekebalan tubuh dapat memerangi bakteri asing. Jika nutrisi kurang, kalori dalam tubuh akhirnya harus dikorbankan untuk merespons sistem imun. Inilah sebabnya mengapa infeksi mudah terjadi pada saat seseorang lapar.