REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Kesehatan Melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menekankan pentingnya melakukan deteksi kanker sejak dini. Hal ini untuk menekan meningkatnya laju pertumbuhan kasus kanker.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr. M. Subuh, MPPM, mengatakan kasus kanker pada 2015 mengalami peningkatan dua kali lipat dari tahun 2014. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka pembiayaan penyakit kanker. Berdasarkan data BPJS, hingga akhir 2015 penyakit kanker telah menghabiskan biaya sebesar Rp 2,2 triliun.
“Yang awalnya pada 2014 hanya 702.2017 kasus, tahun 2015 naik hingga mencapai 1.325.776 kasus,” kata Subuh dalam acara temu media Peringatan Hari Kanker Sedunia, di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (1/2).
Sementara itu, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi tumor/ kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 347 ribu orang, dimana kanker tertinggi pada perempuan adalah payudara dan kanker leher rahim.
Sejauh ini, menurut Subuh, pemerintah telah melakukan upaya deteksi dini kanker payudara dan leher rahim. Upaya deteksi dini kanker pada perempuan tersebut berupa skrining kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis).
Cakupan deteksi dini IVA dan Sadanis di Indonesia sampai dengan tahun 2016 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015 dari cakupan pemeriksaan sebesar 1,2 juta orang atau 3,4 persen menjadi 1,9 juta orang atau sekitar 5,2 persen.