REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih dari seperempat kasus balita meninggal di seluruh dunia disebabkan pencemaran lingkungan. Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dapat berdampak signifikan.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan 1,7 juta balita meninggal tiap tahun karena lingkungan tercemar. Kematian karena polusi tersebut setara 26 persen dari total kasus kematian balita pada 2012. ''Polusi memang bahaya, terlebih untuk balita,'' kata Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan seperti dikutip Live Science, Senin (6/3).
Organ tubuh dan sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang membuat balita sangat rentan terhadap polusi udara dan air. Meski kecil, anak-anak makan dan minum lebih banyak serta menghirup udara lebih banyak dibanding orang dewasa. Anak-anak juga lebih senang bermain di luar ruangan dan memasukkan aneka benda ke mulut yang meningkatkan risiko paparan bahaya lingkungan.
Baca juga: Alat ini Ubah Polusi Udara Jadi Tinta
Laporan WHO ini memperkirakan 570 ribu balita tewas akibat infeksi saluran pernapasan akibat polusi, baik di dalam maupun di luar rumah. 361 ribu anak meninggal karena gangguan saluran cerna akibat air tercemar, sanitasi buruk, dan rendahnya kebersihan.
270 ribu anak-anak meninggal di bulan pertama kehidupan mereka karena lahir prematur akibat para ibu terpapar polusi. 200 ribu anak meninggal karena malaria karena meningkatnya genangan air atau air tersumbat. 200 ribu anak-anak meninggal karena kecelakaan akibat risiko lingkungan seperti keracunan atau tenggelam. ''Berinvestasi menekan risiko lingkungan seperti meningkatkan kualitas air bersih akan berdampak luar biasa,'' kata Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat, Lingkungan, dan Sosial WHO, Maria Neira.
WHO memprediksi 75 persen pengurangan polusi asap kompor rumah akan menekan kasus pneumonia pada anak-anak hingga 46 persen. Intervensi peningkatan kualitas air minum, sanitasi, dan kebersihan lingkungan dapat menekan potensi gangguan pencernaan pada anak hingga 45 persen.
Badan-badan pemerintah biasa bekerja sama untuk meningkatkan kualitas fasilitas rumah bersalin bagi para ibu, meningkatkan jumlah dan kualitas transportasi publik untuk mengurangi polusi, dan manajemen limbah yang lebih baik untuk menekan paparan bahan kimia berbahaya ke lingkungan.