REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah studi menyebut hampir setengah dari jumlah kasus penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2 disebabkan karena makanan. Pada 2012, 45 persen kematian akibat masalah kardipmetabolik bersumber dari pola konsumsi.
Kesimpulan penelitian yang dipimpin peneliti nutrisi dan epidemiologi Tufts University, Boston, Renata Micha ini didapat dengan menggunakan berbagai sumber data termasuk data survei nutrisi dan kesehatan dan statistik kesehatan. Peneliti yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA ini menemukan, pada 2012 saja ada lebih dari 700 ribu orang meninggal karena gangguan kardiometabolik dan 45 persennya terkait makanan, demikian dilansir Live Science, Selasa (7/3).
Penelitian ini juga menyebut, kasus kurangnya makan makanan sehat hampir sama jumlahnya dengan kasus terlalu banyak memakan makanan tak sehat. Dengan kata lain, orang AS harus memakan lebih banyak makanan sehat dan mengurangi makanan tidak sehat.
Para peneliti memfokuskan analisis mereka pada 10 kelompok makanan dan nutrisi yakni buah, sayur, kacang, biji, daging merah segar, minuman bergula, lemak tak jenuh, omega-3 dari makanan laut, dan garam. Untuk tiap kelompok makanan, para peneliti menyarankan untuk mengkonsumsinya dalam jumlah optimal.
Penelitian ini mencatat, kasus kematian tertinggi terkait kelebihan konsumsi garam, sekitar 66.500 kasus pada 2012. Pun dengan kelompok makanan lainnya yang bila dikosumsi dalam jumlah terlalu sedikit atau terlalu banyak akan menimbulkan masalah.
Bila dilihat dari sisi demografi, kematian akibat kasus kardiometabolik lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Kasus kardiometabolik juga lebih banyak terjadi pada anak muda dibanding orang tua.
Asisten profesor epidemiologi dan seorang dokter Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Noel Mueller dan Lawrence Appel, studi tersebut tidak menunjukkan sebab akibat faktor makanan dengan kematian. Namun, studi ini tetap dinilai relevan untuk merumuskan kebijakan kualitas pangan.