REPUBLIKA.CO.ID, Angka obesitas di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dari data riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007 ditemukan kurang dari 15 persen obesitas. Angka itu bertambah di tahun 2017 menjadi 30,7 persen untuk diperkotaan dan 21,5 persen di pedesaan. Yang mengejutkan angka kejadian obesitas ini lebih banyak terjadi pada perempuan.
“Bukan hanya di Indonesia, tapi juga global. Peningkatan obesitas tinggi diseluruh dunia. Peningkatan terjadi pada laki-laki dan perempuan, tapi peningkatan pada perempuan lebih tinggi,” jelas peneliti dari SEAMEO-REFCON, Helda Khusun dalam media briefing Pemaparan Hasil Studi Pola Konsumsi Makanan dan Minuman Masyarakat Perkotaan di Indonesia, Rabu (15/3).
Hal ini juga dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan pihaknya yang melibatkan 864 orang dewasa di Indonesia berusia sekitar 18 sampai 45 tahun, yang terdiri dari 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami obesitas dibanding para pria, yakni mencapai 29,6 persen. Sedangkan pria mencapai 17,4 persen.
Wanita juga lebih banyak mengalami obesitas sentral (hanya bagian lingkar perut atau lingkar pinggang) sebanyak 37,3 persen. Sementara pria sekitar 26,2 persen. Uniknya lagi, perempuan yang banyak mengalami obesitas ini justru lebih banyak dari kalangan menengah ke bawah.
“Semakin miskin semakin tinggi angka kejadian obesitasnya,” ungkapnya.
Sedangkan pada pria justru sebaliknya, semakin kaya dia, maka semakin tinggi angka obesitasnya. Karena mereka memiliki uang, bisa membeli makan apa saja.
Pada pria dan wanita obesitas disebabkan oleh multifactor, baik usia, jenis kelamin, status perkawinan, konsumsi makanan dan aktivitas fisik. Mereka sering mengonsumsi mie, keripik, teh manis dan minuman berperisa manis. Selain itu, pada wanita obesitas bisa berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.