REPUBLIKA.CO.ID, Setiap harinya, tubuh membutuhkan kalori untuk beraktifitas. Asupan kalori berasal dari berbagai sumber makanan dan minuman. Ketersediaan bahan pangan dan berbagai jenis pilihan makanan yang ada tidak hanya memberikan dampak positif terhadap status gizi, namun ada risiko jika pemilihan makanan tidak tepat. Pengetahuan masyarakat dalam memilih makanan menjadi makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi masih kurang memadai.
Konsumsi makanan tinggi garam, lemak dan gula cukup tinggi pada masyarakat Indonesia. Pola konsumsi seperti ini, diikuti dengan gaya hidup tidak aktif, berkaitan erat dengan peningkatan risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Hal ini diungkapkan oleh Dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK, selaku Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) DKI Jakarta. Ia menjelaskan Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda (double malnutrition), yaitu masalah gizi kurang yang mengakibatkan anak-anak stunting atau pendek dan kurus; dan gizi lebih yang meningkatkan risiko penyebab terjadinya PTM. Celakanya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2015, PTM semakin meningkat yaitu sekitar 57 persen.
“Kita perlu memahami bahwa kita semua butuh asupan zat gizi yang seimbang. Setiap individu memiliki kebutuhan kalori yang beragam dari kisaran 1500 sampai 2000 kalori per hari. Banyak penduduk Indonesia yang mengonsumsi kalori melebihi kebutuhan per harinya dan memiliki gaya hidup tidak aktif sehingga mengakibatkan kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan yang terbakar oleh aktivitas/gerak tubuh dan dapat menyebabkan penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi dan diabetes,” jelasnya, Rabu (15/3).