Selasa 21 Mar 2017 08:20 WIB

Angka Bayi Lahir dengan Kelainan Bawaan Meningkat

Rep: Rr Laeny Sulistywati/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Bayi baru lahir
Foto: pixabay
Ilustrasi Bayi baru lahir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (kemenkes) melaporkan kematian balita di Indonesia menurun angkanya. Namun kematian akibat kelainan bawaan meningkat dan berkontribusi dalam kematian balita.

Kemenkes menjelaskan kematian bayi dan balita selain akibat kekurangan gizi juga kelainan bawaan.

"Saat ini kelainan bawaan di Indonesia merupakan salah satu peyebab utama kematian bayi dan balita," kata Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina di Jakarta.

Ia memaparkan berdasarkan laporan Riskesdas 2007, kelainan bawaan berkontribusi sebesar 1,4 persen terhadap kematian bayi 0-6 hari dan sebesar 18,1 persen terhadap kematian bayi 7-28 hari. Kelainan bawaan juga ikut berkontribusi sebesar 5,7 persen bagi kematian bayi dan 4,9 persen.

Jumlah kematian balita akibat kelainan bawaan secara total mencapai 22 persen. "Jumlah itu tetap, baik pada 2007 atau 2012," katanya.

Bahkan, kata dia, berdasarkan hasil penelitian Litbangkes peningkatan kematian akibat kelainan bawaan di beberapa daerah seperti Brebes, Jawa Tengah dan Bondowoso, Jawa Timur, terlihat peningkatan kematian akibat kelainan bawaan. Pada tahun 2013 di dua kota tersebut sampai mencapai 12 persen kematian bayi dan balita.

Sementara hasil pelaporan data kelainan bawaan dari 19 Rumah sakit (RS) mulai September 2014 sampai dengan Desember 2016 menunjukkan dari 494 kasus yang memenuhi kriteria, kelainan bawaan terbanyak adalah Talipes 102 kasus (20,6 persen), celah bibir atau langit-langit atau Neural Tube Defects masing-masing 99 kasus (20 perse), omphalochele 58 kasus (11,7 persen), atresia aini atau tidak memiliki anus 50 kasus (10,1 persen).

Mengenai penyebab, ia menyebutkan kalau 50 persen kelainan bawaan tidak diketahui penyebabnya.

"Namun, ada sejumlah penyebab dan faktor risiko yaitu faktor sosio ekonomi, faktor genetik seperti perkawinan antar saudara, infeksi seperti sifilis dan rubella," ujarnya.

Selain itu, status gizi ibu yang defesiansi iodium dan asam folat,obesitas, atau diabetes melitus, hingga vitamin A dosis tinggi pada kehamilan muda. Adapun faktor lingkungan juga berpengaruh seperti paparan ibu hamil terhadap pestisida, obat, alkohol, tembakau, dan bahan psikoaktif lainya hingga zat kimia tertentu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement