REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) AAA Agung Kusumawardhani mengatakan, risiko gangguan bipolar untuk laki-laki dn perempuan tergantung pada tipe gangguannya.
"Pada gangguan bipolar tipe I, kemungkinan laki-laki dan perempuan sama yaitu 1:1. Sedangkan pada gangguan bipolar II, perbandingan lebih besar menyerang perempuan yaitu 1:2," ujarnya.
Ia menyebutkan, prevalensi penderita gangguan bipolar bervariasi adalah satu hingga dua persen populasi. Diakuinya penderita gangguan bipolar laki-laki lebih sering mengalami perubahan suasana mood yang meningkat (manik) sedangkan perempuan mood yang sangat menurun (depresi).
Ia menambahkan, perempuan lebih rentan menderita gangguan bipolar karena perubahan hormon dalam tubuh mereka. Riwayat keluarga positif menderita bipolar diakuinya ikut menyumbang kemungkinan menurunkan bipolar pada keluarganya.
Menurut dia, penurunan secara genetik sangat kompleks. Individu yang mempunyai kerentanan genetik, bila ada stresor lingkungan terdapat kecenderungan memunculkan gejala.
"Tetapi belum ada penelitian menentukan genetik menentukan penularan bipolar," ujarnya.
Beberapa penyebab yang mungkin berperan antara lain abnormalitas pada neuro-anatomi (struktur dan fungsi), neurokimia (disregulasi berbagai neurotransmiter), neurohormon dan neuroimun, pola tidur, irama sirkadian, genetik dan stres kejadian kehidupan. "Semua menunjukkan bahwa gangguan bipolar adalah brain-disorder," ujarnya.